Rabu, 20 Maret 2013

Metode Problem Solving dan Pendekatan Pembelajaran Qur'an Hadits MI


Metode Pembelajaran Problem Solving
dan Pendekatan-Pendekatan dalam Pembelajan Qur’an Hadits MI


A.     Metode Pembelajaran Problem Solving
Metode problem solving merupakan pengunaan metode dalam ke giatan pembelajaran dengan jalan melatih siswa menghadapi berbagai masalah baik itu masalah pribadi atau individu maupun masalah kelompok untuk di pecahkan sendiri atau secara bersama-sama.[1]
Metode pemecahan masalah adalah cara mengajar yang di lakukan dengan jalan melatih parah murid menghadapi berbagai masalah untuk memecahkan sendiri atau bersama sama.dengan menghadapkan para murid dengan berbagai problema,maka mereka berusaha mengerakan segala ke mampuan yang di miliki terutama pikirin, kemauan, perasaan serta semangat untuk mencari pemecahan nya sampai pada suatu kesimpulan yang diharapkan.
Metode pemecahan masalah tepat digunakan guru dalam mengajar pendidikan agama islam,yaitu:
·      Bila di maksudkan untuk melatih murid agar terbiasa berfikir kritis dan analitis,
·      Bila di maksudkan untuk melatih keberanian dan rasa tangung jawab murid dalam menghadapi masalah- masalah kehidupan kelak di masyarakat, dan
·      Bila metode di maksudkan untuk mengetahui penguasaan para murid terhada sesuatu bahan pelajaran tertentu.[2]
Adapun keunggulan metode problem solving, yaitu:melatih siswa untuk mendesain suatu penemuan, berfikir dan bertindak kreatif, memecahkan permasalahan yang dihadapi secara realitis, mengidentifikasi dan melakukan penyelidikan, menafsirkan dan mengevaluasi hasil pengamatan, merangsang perkembangan kemajuan berfikar siswa untuk menyelesaikan masalah yang di hadapi dengan tepat, dan dapat membuat pendidikan sekolah lebih releven dengan kehidupan.
Sedangakan kebaikan metode problem solving, yang meliputi: dengan metode ini situasi belajar anak didik menjadi lebih aktif dan hidup, bersemangat, bermutuh dan berdaya guna, disamping penudasan para murid terhadap bahan pelejaran lebih mendalam, sekaligus murupakan latihan berfikir ilmiah dalam menghadapi suatu masalah, menumbuhkan sikap obyektif, percaya pada diri sendiri, kesungguhan,keberanian serta rasa tangung jawab dalam mengatasi segala permasalahan hidup nya kelak.[3]
Keunggulan metode problem solving ini adalah :
a.     Melatih peserta didik untuk mendesain suatu penemuan
b.     Berfikir dan bertindak kreatif
c.      Memecahkan masalah yang dihadapi secara realitis
d.     Mengidentifikasi dan melakukan penyelidikan
e.      Menafsirkan dan mengevaluasi hasil pengamatan
f.      Merangsang perkembangan dan kemajuan berfikir peserta didik untuk menyelesaikan masalah yang di hadapi dengan tepat
g.     Dapat membuat pendidikan sekolah lebih relevan dengan kehidupan, khususnya dunia kerja.

Kelemahan metode problem solving ini adalah :
a.     Beberapa pokok bahasan untuk metode ini sangat sulit di terapkan misalnya terbatasnya alat-alat laboraturium menyulitkan peserta didik untuk melihat dan mengamati serta akhirnya dapat menyimpulakan kejadian atau konsep tersebut.
b.     Memerlukan alokasi waktu yang lebih panjang di bandingkan dengan pembelajaran yang lain.




B.      Pendekatan-Pendekatan dalam Pembelajaran Qur’an Hadits MI

Dalam  mengajar, pendidik harus pandai menggunakan pendekatan secara arif dan bijaksana. Pandangan guru terhadap anak didik akan menentukan sikap dan perbuatan. Setiap pendidik tidak selalu memiliki suatu pandangan yang sama dalam hal mendidik anak didik. Hal ini akan mempengaruhi pendekatan yang pendidik ambil dalam  pengajaran.
Pendidik yang memandang anak didik sebagai pribadi yang berbeda dengan anak didik lainnya, akan berbeda dengan pendidik yang memandang anak didik sebagai makhluk yang sama dan tidak ada perbedaan dalam segala hal. Maka adalah penting untuk meluruskan pandangan yang keliru dalam menilai anak didik. Untuk itu pendidik perlu menyadari dan memaklumi bahwasanya anak didik itu merupakan individu dengan segala  perbedaannya sehingga diperlukan beberapa pendekatan dalam  proses belajar mengajar.
Ada beberapa pendekatan yang diharapkan dapat membantu pendidik dalam  menyelesaikan berbagai masalah dalam  kegiatan belajar mengajar, diantaranya :

1.         Pendekatan Individual
Pada kasus-kasus tertentu yang timbul dalam  kegiatan belajar mengajar dapat diatasi dengan pendekatan individual. Misalnya untuk menghentikan anak didik yang suka bicara. Caranya dengan memisahkan atau memindahkan salah satu dari anak didik tersebut pada tempat yang terpisah dengan jarak yang cukup jauh. Anak didikyang suka bicara ditempatkan pada kelompok anak didik yang pendiam. Persoalankesulitan belajar anak didik lebih mudah dipecahkan dengan menggunakanpendekatan  individual, walaupun suatu saat pendekatan kelompok diperlukan.
Jadi pendekatan individual adalah pendekatan yang dilakukan guru dengan memperhatikan perbedaan anak didik pada aspek individual masing-masing.
2.        Pendekatan Kelompok,
Pendekatan kelompok memang suatu saat diperlukan  dan digunakan untuk membina dan mengembangkan sikap sosial anak didik. Hal ini disadari bahwa anak didikadalah sejenis makhluk homo socius yaitu makhluk yang cenderung untuk hidup bersama.
Dengan penekanan pendekatan kelompok, diharapkan dapat ditumbuhkembangkan rasa sosial yang tinggi pada diri setiap anak didik. Mereka dibina untuk mengendalikan rasa egois yang ada pada diri mereka masing-masing, sehingga terbina sikap kesetiakawanan sosial di kelas. Dan mereka sadar bahwa hidup ini saling ketergantungan, tidak ada makhluk hidup yang terus menerus berdiri sendiri tanpa keterlibatan makhluk lain, langsung atau tidak langsung, disadari atau tidak disadari.
Jadi pendekatan kelompok adalah pendekatan yang dilakukan guru dengan tujuan membina dan mengembangkan sikap sosial anak didik serta membina sikapkesetiakawanan sosial. Misalnya anak didik dibiasakan hidup bersama, bekerja sama dengan kelompok sehingga akan menyadari bahwa dirinya ada kekurangan dan kelebihan. Yang mempunyai kelebihan dengan ikhlas mau membantu mereka yang kekurangan. Sebaliknya mereka yang mempunyai kekurangan dengan rela hati mau belajar dari mereka yang mempunyai kelebihan tanpa rasa minder. Persaingan yang positif pun terjadi di kelas dalam  rangka untuk mencapai prestasi belajar yang optimal serta anak didik menjadi aktif, kreatif dan mandiri.
3.        Pendekatan Emosional
Emosi adalah gejala kejiwaan yang ada dalam  diri seseorang. Emosiberhubungan dengan masalah perasaan. Seseorang yang memiliki perasaan pasti dapat merasakan sesuatu, baik perasaan jasmaniah maupun perasaan rohaniah. Dan di dalamnya terdapat perasaan intelektual, perasaan estetis, etis, sosial dan perasaan harga diri.
Perasaan adalah fungsi jiwa untuk dapat mempertimbangkan dan mengukur sesuatu menurut “rasa senang dan tidak senang, mempunyai sifat senang dan sedih, kuat dan lemah, lama dan sebentar, relatif dan tidak berdiri sendiri sebagai pernyataan jiwa.”
Pendekatan emosional di sini dimaksudkan suatu usaha untuk menggugah perasaan dan emosi siswa dalam  meyakini, memahami dan menghayati ajaran agamanya. Untuk mencapai tujuan pendekatan emosional ini, metode yang perlu dipertimbangkan adalah metode ceramah, bercerita dan sosiodrama.
Jadi, pendekatan emosional adalah pendidikan yang dilakukan guru terhadap murid melalui rangsangan verbal maupun non verbal serta melalui sentuhan-sentuhan emosi (perasaan). Misalnya melalui rangsangan verbal seperti ceramah, cerita, sindiran, pujian, ejekan, berita, dialog, anjuran, perintah dan sebagainya. Sedangkan rangsangan nonverbal seperti bentuk perilaku berupa sikap dan perbuatan.

4.           Pendekatan Kontekstual

Pendekatan konstekstual berlatar belakang bahwa siswa belajar lebih bermakna dengan melalui kegiatan mengalami sendiri dalam lingkungan alamiah, tidak hanya sekedar mengetahui, mengingat, dan memahami. Pembelajaran tidak hanya berorientasi target penguasaan materi, yang akan gagal dalam membekali siswa untuk memecahkan masalah dalam kehidupannya. Dengan demikian proses pembelajaran lebih diutamakan daripada hasil belajar, sehingga guru dituntut untuk merencanakan strategi pembelajaran yang variatif dengan prinsip membelajarkan – memberdayakan siswa, bukan mengajar siswa, guru memilih konteks pembelajaran yang tepat bagi siswa dengan cara mengaitkan pembelajaran dengan kehidupan nyata dan lingkungan di mana anak hidup dan berada serta dengan budaya yang berlaku dalam masyarakatnya (http.//www.contextual.org.id). Pemahaman, penyajian ilmu pengetahuan, keterampilan, nilai dan sikap yang ada dalam materi dikaitkan dengan apa yang dipelajari dalam kelas dan dengan kehidupan sehari-hari. Dengan memilih konteks secara tepat, maka siswa dapat diarahkan kepada pemikiran agar tidak hanya berkonsentrasi dalam pembelajaran di lingkungan kelas saja, tetapi diajak untuk mengaitkan aspek-aspek yang benar-benar terjadi dalam kehidupan mereka sehari-hari, masa depan mereka, dan lingkungan masyarakat luas. 

Dalam kelas kontekstual, tugas guru adalah membantu siswa dalam mencapai tujuannya. Guru lebih banyak berurusan dengan strategi daripada memberi informasi.Guru bertugas mengelola kelas sebagai sebuah tim yang bekerja bersama untuk merumuskan, menemukan sesuatu yang baru bagi kelas yang dapat berupa pengetahuan, keterampilan dari hasil “menemukan sendiri” dan bukan dari “apa kata guru. 

Penggunaan pembelajaran kontekstual memiliki potensi tidak hanya untuk mengembangkan ranah pengetahuan dan keterampilan proses, tetapi juga untuk mengembangkan sikap, nilai, serta kreativitas siswa dalam memecahkan masalah yang terkait dengan kehidupan mereka sehari-hari melalui interaksi dengan sesama teman, misalnya melalui pembelajaran kooperatif, sehingga juga mengembangkan ketrampilan sosial (social skills), pendekatan kontekstual melibatkan siswa dalam masalah yang sebenarnya dalam penelitian dengan menghadapkan anak didik pada bidang penelitian, membantu mereka mengidentifikasi masalah yang konseptual atau metodologis dalam bidang penelitian dan mengajak mereka untuk merancang cara dalam mengatasi masalah.

5.        Pendekatan Konstruktivisme

Kontruktivisme merupakan landasan berfikir pendekatan kontekstual. Yaitu bahwa pendekatan dibangun oleh manusia sedikit demi sedikit yang hasilnya diperluas melalui konteks yang terbatas dan tidak dengan tiba-tiba
Kelebihan teori konstruktivisme ialah pelajar berpeluang membina pengetahuan secara aktif melalui proses saling pengaruh antara pembelajaran terdahulu dengan pembelajaran terbaru. Pembelajaran terdahulu dikaitkan dengan pembelajaran terbaru. Perkaitan ini dibina sendiri oleh pelajar. 
Menurut teori konstruktivisme, konsep-konsep yang dibina pada struktur kognitif seorang akan berkembang dan berubah apabila ia mendapat pengetahuan atau pengalaman baru. Seseorang akan dapat membina konsep dalam struktur kognitifnya dengan menghubungkan pengetahuan baru dengan pengetahuan yang sedia ada padanya dan proses ini dikenali sebagai accretion. Selain itu, konsep-konsep yang ada pada seseorang boleh berubah selaras dengan pengalaman baru yang dialaminya dan ini dikenali sebagai penalaan atau tuning. Seseorang juga boleh membina konsep-konsep dalam struktur kognitifnya dengan menggunakan analogi, iaitu berdasarkan pengetahuan yang ada padanya. Menurut Gagne, Yekovich, dan Yekovich (1993) konsep baru juga boleh dibina dengan menggabungkan konsep-konsep yang sedia ada pada seseorang dan ini dikenali sebagai parcing. 
Pendekatan konstruktivisme sangat penting dalam proses pembelajaran kerana belajar digalakkan membina konsep sendiri dengan menghubungkaitkan perkara yang dipelajari dengan pengetahuan yang sedia ada pada mereka. Dalam proses ini, pelajar dapat meningkatkan pemahaman mereka tentang sesuatu perkara.

6.        Pendekatan Inkuiri
Inkuiri berarti suatu rangkaian kegiatan belajar yang melibatkan secara maksimal seluruh kemampuan siswa untuk mencari dan menyelidiki secara sistematis, kritis, logis, analitis, sehingga mereka dapat  merumuskan sendiri penemuannya dengan penuh percaya diri. Pembelajaran inkuiri beriorientasi pada, keterlibatan siswa secara maksimal dalam proses kegiatan belajar, keterarahan kegiatan secara maksimal dalam proses kegiatan belajar, mengembangkan sikap percaya pada diri siswa tentang apa yang ditemukan dalam proses inkuiri.
Ada tiga ciri pembelajaran inkuiri, yaitu pertama, Strategi Inquiry menekankan pada aktivitas siswa secara maksimal untuk mencari dan menemukan (siswa sebagai subjek belajar). Kedua,seluruh aktivitas yang dilakukan siswa diarahkan untuk mencari dan menemukan jawaban sendiri yang sifatnya sudah pasti dari sesuatu yang sudah dipertanyakan, sehingga diharapkan dapat menumbuhkan sifat percaya diri. Ketiga, tujuan dari penggunaan strategi pembelajaran inquiry adalah mengembangkan kemampuan berpikir secara sistematis, logis dan kritis.
Menurut Sanjaya (2009), penggunaan inkuiri harus memperhatikan beberapa prinsip, yaitu berorientasi pada pengembangan intelektual (pengembangan kemampuan berfikir), prinsip interaksi (interaksi antara siswa maupun interaksi siswa dengan guru bahkan antara siswa dengan lingkungan), prinsip bertanya (guru sebagai penanya), prinsip belajar untuk berfikir(learning how to think), prinsip keterbukaan (menyediakan ruang untuk memberikan kesempatan kepada siswa mengembangkan hipotesis dan secara terbuka membuktikan kebenaran hipotesis yang diajukan).




[1]  Usman Said, Metodik Khusus; Pengajaran Agama Islam, (Jakarta: Departemen Agama,1981), hlm. 4
[2]  Op.cit Syamsul Bahri Djamarah, hal 10
[3]  Nurhadi, Pendekatan Kontektual, (Malang: Universitas Malang, 2000),  hlm. 19

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

kata-kata yang baik, mencerminkan pribadi seseorang.