Sabtu, 16 Maret 2013

Mimpi yang Tak Teraih


MIMPI YANG TAK TERRAIH
Oleh : Khadijah Anwar

Waktu sudah menunjukkan pukul tiga sore, tapi dia belum juga datang menemuiku, padahal sudah lebih dari satu jam aku menunggunya di tempat ini dari waktu yang telah kami janjikan. Tapi, dia tetap tak kunjung datang, berulangkali aku menghubungi handphonenya tapi tak pernah ada jawaban.
“Beri aku kesempatan dan kepercayaan, aku janji akan menjaganya!” Pintanya saat itu setelah berulang kali aku meragukannya.
“Ok...” Jawabku singkat, penuh dengan keraguan.
Aku coba ingat janji yang pernah ia katakan beberapa hari yang lalu, tapi sepertinya hari ini dia tak dapat menepatinya. Faktanya sudah dua jam waktuku terbuang percuma di sini tanpa ada konfirmasi darinya. Dengan wajah penuh kekecewaan aku melangkahkan kakiku menuju pelataran parkir. Aku hidupkan sepeda motorku kemudian melaju meninggalkan pelataran parkir mall. Di kepalaku tersimpan segudang tanya yang ingin ku ungkap padanya. Alasan mengapa dia membiarkan aku menunggu selama dua jam tanpa adanya konfirmasi. Pikiranku mulai berkecamuk. “Ada apa ini?” pikirku. Hujan mulai turun seakan mewakili perasaanku. Ku coba mencari tempat berteduh, dingin mulai merasuki tiap persendian tulangku. Bibir ini mulai bergetar karena dingin. Untuk menenangkan kerisauanku kucaba menghubunginya kembali. Mulai ada jawaban.



“Halo…” Sapa suara dari seberang.
“Alhamdulillah.” Ujarku membatin. “Dimana kak?” Tanyaku berusaha tenang.
“Ada di rumah.” Jawabnya datar tanpa ada rasa bersalah. Aku diam tanpa kata.
“Kamu lagi ngapain?” Tanyanya lagi.
Tuuut…tuuut…tuuut…
Terdengar suara telepon ditutup. Aku menutup teleponnya. Entah karena apa aku merasakan sangat kecewa, tanpa peduli dengan hujan yang masih mengguyuri jalan aku tetap melajukan sepeda motorku ke rumah ku.
***
Setelah kejadian itu rasanya tak akan ada lagi pintu maaf untuknya. Tapi ternyata hati ini terlalu lemah, aku memaafkannya. Kemarin aku harus hidup diantara bayang-bayang rizka dihatinya, tapi sekarang sekarang aku harus hidup diantara bayang-bayang Anti di hatinya, gadis yang mengaku sebagai kekasihnya. Entah siapa yang harus kupercaya Anti atau Dimas. Aku ingin marah dan membencinya, tapi aku tak punya hak untuk itu. Status kami belum jelas karena aku yang belum memperjelasnya.
Walau hati ini masih ragu tapi lagi-lagi aku coba untuk mempercayainya dan memberikannya kesempatan lagi. Aku mencoba untuk percaya bahwa Anti bukan kekasihnya. Belum habis keraguanku terhadap hubungannya dengan Anti, sudah ada gadis lain yang hadir dalam hidupnya dan kali ini Dimas mengakuinya sebagai kekasihnya. Hati benar-benar perih mengetahuinya. Meski katanya terpaksa tapi aku tak dapat menerima alasannya. Yang membuat hati ini begitu perih, dia memberiku mimpi dan asa yang begitu indah tapi justru bersama Bella dia ingin menggapainya.Aku tak sanggup untuk hidup diantara bayang-bayang Bella di hatinya. Mungkin aku mulai mencintainya. Tapi semua terlambat. Setetes butiran bening mulai jatuh di pipiku. Tapi dengan cepat tanganku menghapusnya, aku tak akan mengizinkan air mataku jatuh untuknya. Air mata ini terlalu mahal untuknya. Meski pahit tapi kucoba untuk tetap tegar.
“Aku tak pernah mencintainya kha.” Ujarnya
“Belajarlah untuk mencintainya, jaga dia baik-baik dan jangan pernah sakiti dia. Aku ikhlas kakak bersamanya. Ini yang terbaik, saatnya kakak hapus semua mimpi tentang kita.” Hanya kalimat itu yang mampu terangkai di facebooknya. Aku log out dari facebook ku. Mungkin memang ini yang terbaik untuk aku dan dia. Bella lebih pantas untuk berada di sisinya, walau sakit tapi aku akan coba untuk ikhlas. Sekarang saatnya aku untuk melupakan semua cerita dan mimpi yang pernah terangkai. Karena, ada mimpi dan asa lain yang harus ku raih, bukan bersamanya dan bukan bersama orang-orang yang tak bertanggung jawab sepertinya.
“Sudah selesai belum? Pulang yuk.” Ajak Tya menghampiri tempatku.
“Sudah, yuk…” Ujarku beranjak pergi, setelah membayar uang rental warnet aku dan Tya melangkah meninggalkan warnet tersebut dan meninggalkan semua mimpiku bersama Dimas.

                                                                      TAMAT                                 





                                                               

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

kata-kata yang baik, mencerminkan pribadi seseorang.