Jumat, 29 Maret 2013

Kelemahan Penulis Pemula


Kelemahan Penulis Pemula


Kelemahan pertama: STRUKTUR CERITA  


Seperti kita ketahui dalam struktur cerita biasanya ada pembukaan (pengenalan), konflik, klimaks, anti klimaks (leraian) dan pengakhiran. Nah, cerpenis-cerpenis pemula biasanya kurang memperhatikan proporsionalitas struktur cerita. Banyak di antara mereka yang berpanjang-panjang ria dalam menulis pembukaan cerpennya. 



Mereka menceritakan semua, seolah takut para pembaca tak mengerti apa yang akan atau sedang mereka ceritakan. Akibatnya sering satu sampai dua halaman pertama karya mereka masih belum jelas akan menceritakan tentang apa. Hanya pengenalan dan pemaparan yang bertele-tele dan membosankan. 



Konflik yang seharusnya dibahas dengan lebih jelas, luas dan lengkap, sering malah disinggung sambil lalu saja. Pengakhiran konflik pun dibuat sekedarnya. Tahu-tahu sudah penyelesaian. Padahal inti dari cerpen adalah konflik itu sendiri. Jadi jangan sampai pembukaan cerpen menyamai apalagi sampai menelan konflik tersebut.




Lomba Cerpen (LMCR 2013) DL: 25 Sept 2013

JANGAN LEWATKAN...LMCR 2013
KESEMPATAN BERPRESTASI MENJADI PENGARANG UNGGUL DI TANAH AIR TERCINTA INI.

Bagi Anda Semua – Putra Putri Terbaik Negeri  Lebih Berbobot, Lebih Bergengsi, Lebih Banyak Pemenangnya
Lomba Menulis Cerita Remaja (LMCR-2013) Berhadiah Total Rp 92 Juta 20 Cerita Pendek Terbaik Diterbitkan sebagai Antologi LMCR 2013

Syarat-Syarat Lomba :



Demi Asa (Puisi)



Demi Asa

Hiruk pikuk jalanan memecah kesunyian
Berpacu denan waktu mengejar asa
Terseok,
Tertatih,
Tetap melaju,
Tiap wajah penuh topeng
Membawa keluh dan risaunya sendiri
Tak peduli pahitnya panggung
Topeng tanpa cacat tetap terpasang
Bertarung antara luka dan suka
Jalani saja
Hidup bukan membalik telapak tangan
Atau sekadar mengedipkan mata
Lebih dari itu,
Kau harus berlari
Berpacu dengan waktu demi asa

Palembang, 25 Maret 2013
Khadijah Anwar

Kamis, 28 Maret 2013

Pertiwi Berduka (Puisi)

Pertiwi Berduka
oleh : Khadijah Anwar

Omong kosong!!!
Katanya, rumahku ini kaya . . .
Katanya, tempatku ini aman . . .
Tapi apa?
Puluhan ton bawang di impor
Perang saudara memanas
Beras Thailand melenggang bebas
Bagian timur berdarah
Omong kosong!!!
Katanya, kau cinta rumahmu
I Love Indonesia, akumu
Tapi mana?
Korea kau idolakan
Barat kau kiblatkan
Tak lama lagi,,,
Rumah ini pun tergadai
Sayang,,,
Ibu pertiwi tengah berduka…

Palembang, 25 Maret 2013

Secarik Kertas (Cerpen) ^_^


SECARIK KERTAS
Oleh : Khadijah Anwar


“Della, maafkan aku. Aku harus mengakhiri hubungan ini. Mulai detik ini kamu harus melupakan aku. Melupakan semua mimpi yang telah kita impikan bersama. Biarkan masa lalu kita menjadi bagian terindah dalam memori ingatanku. Ini keputusanku. Dan kamu tak perlu mencariku.”
            Ini kesekian kalinya aku membaca kertas ini. Membaca secarik kertas yang mampu membuatku terpuruk. Secarik kertas yang mengubah hidup dan mimpiku. Secarik kertas yang telah siap menghancurkan masa depanku.
            Dalam sunyi ini pun, aku masih dalam diam dengan secarik kertas ini. Aku duduk di depan jendela kamarku. Bersama lantunan merdu suara hewan malam. Bersama desir angin yang dinginnya menusuk tulang.  Bersama segudang tanya yang masih belum terjawab. Begitu lama aku mencari dan menanti jawabnya. Tapi, tak jua aku temukan.
            Ku tatap langit tak berbintang. Rembulan hanya sendiri. Sendiri dengan keindahannya. Sendiri dengan pesonanya. Tanpa bintang, ia tetap indah. Tanpa bintang, ia tetap mem pesona. Meski tak sesempurna bersama bintang. Bagaimana dengan aku? Aku tak dapat seindah rembulan tanpa dia. Tanpa seseorang yang selama ini memberi cahaya dalam gelapku. Brama.
            Brama. Aku benci menyebut nama itu. Aku benci mengingatnya. Namun, aku juga merindukannya. Merindukan semua hal darinya. Tapi, kebencian ini lebih menguasai seluruh hati dan pikiranku. Satu minggu lalu, dia pergi dan hanya meninggalkan secarik kertas ini. Meninggalkan bunga-bunga cinta yang tengah mekar. Meninggalkan sejuta cerita indah yang pernah terjalin. Meninggalkan berjuta mimpi yang telah terangkai. Dan meninggalkan segores luka yang begitu perih. Aku tak pernah tahu apa alasannya, karena sebelumnya semua baik-baik saja.


Jumat, 22 Maret 2013

Contoh Ending Memikat & Penuh Kejutan


Contoh Ending Memikat dan Penuh Kejutan



Buat yang penasaran dengan membuat ending yang memikat, ini nih contoh cerpen yang endingnya memikat banget, ini cerpen karyanya Gus Tf Sakai. Yuk di baca. . . 

Begitu keluar dari kamar dan tak sengaja menatap ke taman itu, aku terpaku: Kak Ros, perempuan hampir separo baya itu, sedang membungkuk menyorongkan wajahnya ke rimbun tapak dara.
Tentu bukan sesuatu yang aneh kalau cuma menyorongkan wajah, tetapi ini, seperti kemarin kata Ben, bibir perempuan itu bergerak-gerak samar. Jadi, apakah benar, Kak Ros sedang bicara dengan daun-daun?
Dan tampaknya, bukan hanya bicara. Tangan Kak Ros bergerak lembut, menyentuh, mengusap daun-daun. Tangan yang lain, dengan tak kalah hati-hati, menyemprotkan air dari botol sprayer sedemikian rupa, hingga tampak seperti seorang ibu yang memandikan dan mengeramas rambut anaknya. Tempo-tempo, semprot dan usapan itu terhenti, lalu jarinya tampak seperti mengutip dan memindahkan sesuatu dari tangkai atau punggung daun, juga sangat lembut dan hati-hati. Kembali aku ingat kata Ben. Apakah perempuan itu tengah memindahkan semut, atau serangga kecil lain, agar tak terpelanting oleh semprotan air?
”Naa,” tepukan halus di pundak mengejutkanku, ”Om memerhatikannya.” Ben yang rupanya juga telah keluar dari kamar, berdiri di sampingku.
“Aa… ti-tidak.”
”Jangan bohong,” nada Ben menggoda. ”Sangat lembut ya?”
“Si-siapa?” Entah kenapa aku agak gugup.
“Yaa, dia!” Telunjuk Ben bergerak sedemikian rupa, membentuk paruh burung pelatuk, mematuk ke arah Kak Ros. Senyum Ben, sungguh menjengkelkan. Seraya melotot, kudorong tubuhnya dengan bahu, kusorongkan wajah, lalu mendesis: ”Berapa usianya, berapa usiaku?!”


Rabu, 20 Maret 2013

Cara Menulis Alur & Plot Cerita


Trik Sederhana Menulis Alur dan Plot Cerita



  Galau mau bedain alur dan plot? nih, KA kasih tahu gimana caranya bedain antara alur dan plot. inget ya, PLOT, bukan pilot.. hehhehe... yuuk di baca...
1. Alur Cerita
Alur adalah pergerakan cerita dari waktu ke waktu, atau rangkaian peristiwa demi peristiwa dari awal sampai akhir cerita. Ada alur progresif yang bergerak runtut dari awal sampai akhir (A-B-C). Alur kilas balik (flash back) yang dimulai dari akhir cerita kemudian bergerak ke awal cerita (C-B-A). Dan, ada alur percampuran antar kedua alur yang disebutkan di atas.
Alur dibangun oleh narasi, deskripsi, dialog, dan aksi/laku (action) dari tokoh-tokoh cerita. Alur yang baik akan sangat membantu pembaca untuk menangkap gambaran utuh dari cerita yang disuguhkan dalam novel. Bagi penulis, penguasaan alur cerita sangat menolong agar nggak kehilangan jejak, atau mentok di tengah jalan.

Sebaiknya sebelum mulai menulis dibuat terlebih dahulu draf alur ceritanya. Hal ini untuk memudahkan kita saat menulis nanti. Walaupun begitu, kita nggak diharuskan terlalu kaku memegang draf awal dari alur tersebut. Karena biasanya ketika menulis, pergerakan alur cerita akan berkembang dengan sendirinya.

Kamu bisa menulis draf awal sebuah alur cukup dengan beberapa kalimat aja, paling banyak lima kalimat. Tentunya nggak terlalu ribet, kan. Berikut ini contoh alur dari cerpen "Rindu Banjir" yang dimuat di Majalah Ummi edisi Februari 2010.


Islam Pada Masa Bani Abbasiyah


PERKEMBANGAN ISLAM PADA MASA BANI ABBASIYAH

A. Sejarah Berdirinya Dinasti Abbasiyah
Dinasti Abbasiyah didirikan pada tahun 132 H/750 M, oleh Al Abbas Ash-Shaffah, dan sekaligus sebagai khalifah utama. kekuasaan Dinasti Abbasiyah berlangsung selama 5 abad yaitu dari tahun 132-656 H (750 M-1258 M). Berdirinya pemerintahan ini dianggaap sebagai kemenangan pemikiran yang dikumandangkan oleh Bani Hasyim (Alawiyun) setelah meninggalnya Rasullullah dan anak-anaknya.
Diantara para tokoh pendiri dinasti Abbasiyah : Muhammad bin Ali, Ibrahim bin Muhammad bin Ali, abul Abbas Al-Shafah, Abu Jafar Al-Mansur, dan abu Muslim Al-Khurasani.[1]
Sebelum berdirinya Dinasti Abbasiyah terdapat tiga poros utama yang merupakan pusat kegiatan, antara yang satu dengan yang lain memiliki kedudukan tersendiri dalam memainkan perannya untuk menegakkan kekuasaan keluarga besar paman Rasulullah, Abbas bin Abdul Muthalib. Dari nama Al-Abbas paman Rasullullah inilah nama ini disandarkan  pada tiga tempat pusat kegiatan  yaitu Humaimah, Kufah, dan Khurasan.
Dikota Humaimah bermukim keluarga Abbasiyah, salah seorang pimpinannya bernama Al-Imam Muhammad bin Ali yang merupakan peletak dasar-dasar bagi berdirinya Dinasti Abbasiyah. Ia menyiapkan strategi perjuangan menegakkan kekuasaan atas nama keluarga Rasulullah. Para penerang dakwah Abbasiyah berjumlah 150 orang di bawah pimpinannya yang berjumlah 12 orang dan puncak pimpinannya adalah Muhammad bin Ali.
Propaganda Abbasiyah dilaksanakan dengan strategi yang cukup matang sebagai gerakan rahasia. Akan tetapi Imam Ibrahim pemimpin Abbasiyah yang berkeinginan mendirikan kekuasaan Abbasiyah, gerakannya diketahui oleh khalifah Umayyah terakhir, Marwan bin muhammad. Ibrahim akhirnya tertangkap oleh pasukan Dinasti Umayyah dan dipenjarakan di Haran sebelum akhirnya di Eksekusi. Ia mewasiatkan kepada adiknya Abdul Abbas untuk menggantikan kedudukannya ketika tahu bahwa ia akan terbunuh, dan memerintahkan untuk ke Kufah. Sedangkan pemimpin propaganda dibebankan kepada Abu Salamah. Segeralah Abul Abbas pindah dari Humaimah ke Kufah diiringi oleh para pembesar Abbasiyah yang lain seperti Abu Ja’far, Isa bin Musa, dan Abdullah bin Ali.
Penguasa Umayyah di Kufah, Yazid bin Umar bin Hubairah, ditaklukkan oleh Abbasiyah dan diusir ke Wasit. Abu Salamah selanjutnya berkemah di Kufah yang telah ditaklukkan pada tahun 132 H. Abdullah bin Ali, salah seorang paman Abdul Abbas diperintahkan untuk mengejar khalifah Umayyah terakhir, Marwan bin Muhammad bersama pasukannya yang melarikan diri, dimana akhirnya dapat dipukul di dataran rendah sungai Zab. Pengejaran dilanjutkan ke Mausul, Harran dan menyeberangi sungai Eufrat sampai ke Damaskus. Khalifah itu melarikan diri hingga ke Fustat di Mesir, dan akhirnya terbunuh di Busir, wilayah Al-Fayyum, tahun 132 H/750 M di bawah pimpinan Salih bin Ali, seorang paman Al-Abbas yang lain. Dengan demikian, maka tumbanglah kekuasaan Dinasti Umayyah, dan berdirilah Dinasti Abbasiyah yang dipimpin oleh khalifah pertamanya, yaitu Abul Abbas Ash-Shaffah dengan pusat kekuasaan awalnya di Kuffah.  
Pemerintahan Abu Abbas Ash-Shaffah
Seluruh anggota keluarga Abbas  dan pimpinan umat Islam menyatakan setia kepada Abul Abbas Ash-Shaffah sebagai khalifah mereka . Ash-Shaffah sebagai khalifah mereka. Ash-Shaffah kemudian pindah ke Ambar, sebelah barat sungai Eufrat dekat Bagdad. Ia menggunakan sebagian besar dari masa pemeritahannya untuk memerangi para pemimpin Arab yang kedapatan membantu Bani Umayyah. Kekhalifahan Ash-Shaffah hanya bertahan selama 4 tahun, sembilan bulan. Ia wafat pada tahun 136 H di Abar.
Masa pemerintahan Bani Abbasiyah dibagi dalam empat periode berikut:[2]
1.    Masa abbasiyah I, yaitu semenjak lahirnya daulah Abbasiyah tahun 132 H (750 M) sampai meninngalnya khalifah Al-Watsiq 232 H (874 M).
2.    Masa Abbasiyah II, yaitu mulai Khalifah Al-Mutawakil pada taahun 232 H (847 M) sampai berdirinya daulah Buwaihiyah di Bagdad pada tahun 334 H (946 M).
3.    Masa Abbasiyah III, yaitu dari berdirinya daulah Buwaihiyah tahun 334 H (946 M) sampai masuknya kaum Saljuk ke Bagdad tahun 447 H (1055 M).
4.    Masa Abbasiyah IV, yaitu masuknya orang-orang Saljuk ke Bagdad tahun 447 H (1055 M) sampai jatuhnya Baghdad ke tangan Mongol di bawah pimpinan Hulagu khan padatahun 656 H ( 1258 M).



Metode Problem Solving dan Pendekatan Pembelajaran Qur'an Hadits MI


Metode Pembelajaran Problem Solving
dan Pendekatan-Pendekatan dalam Pembelajan Qur’an Hadits MI


A.     Metode Pembelajaran Problem Solving
Metode problem solving merupakan pengunaan metode dalam ke giatan pembelajaran dengan jalan melatih siswa menghadapi berbagai masalah baik itu masalah pribadi atau individu maupun masalah kelompok untuk di pecahkan sendiri atau secara bersama-sama.[1]
Metode pemecahan masalah adalah cara mengajar yang di lakukan dengan jalan melatih parah murid menghadapi berbagai masalah untuk memecahkan sendiri atau bersama sama.dengan menghadapkan para murid dengan berbagai problema,maka mereka berusaha mengerakan segala ke mampuan yang di miliki terutama pikirin, kemauan, perasaan serta semangat untuk mencari pemecahan nya sampai pada suatu kesimpulan yang diharapkan.
Metode pemecahan masalah tepat digunakan guru dalam mengajar pendidikan agama islam,yaitu:
·      Bila di maksudkan untuk melatih murid agar terbiasa berfikir kritis dan analitis,
·      Bila di maksudkan untuk melatih keberanian dan rasa tangung jawab murid dalam menghadapi masalah- masalah kehidupan kelak di masyarakat, dan
·      Bila metode di maksudkan untuk mengetahui penguasaan para murid terhada sesuatu bahan pelajaran tertentu.[2]
Adapun keunggulan metode problem solving, yaitu:melatih siswa untuk mendesain suatu penemuan, berfikir dan bertindak kreatif, memecahkan permasalahan yang dihadapi secara realitis, mengidentifikasi dan melakukan penyelidikan, menafsirkan dan mengevaluasi hasil pengamatan, merangsang perkembangan kemajuan berfikar siswa untuk menyelesaikan masalah yang di hadapi dengan tepat, dan dapat membuat pendidikan sekolah lebih releven dengan kehidupan.
Sedangakan kebaikan metode problem solving, yang meliputi: dengan metode ini situasi belajar anak didik menjadi lebih aktif dan hidup, bersemangat, bermutuh dan berdaya guna, disamping penudasan para murid terhadap bahan pelejaran lebih mendalam, sekaligus murupakan latihan berfikir ilmiah dalam menghadapi suatu masalah, menumbuhkan sikap obyektif, percaya pada diri sendiri, kesungguhan,keberanian serta rasa tangung jawab dalam mengatasi segala permasalahan hidup nya kelak.[3]
Keunggulan metode problem solving ini adalah :
a.     Melatih peserta didik untuk mendesain suatu penemuan
b.     Berfikir dan bertindak kreatif
c.      Memecahkan masalah yang dihadapi secara realitis
d.     Mengidentifikasi dan melakukan penyelidikan
e.      Menafsirkan dan mengevaluasi hasil pengamatan
f.      Merangsang perkembangan dan kemajuan berfikir peserta didik untuk menyelesaikan masalah yang di hadapi dengan tepat
g.     Dapat membuat pendidikan sekolah lebih relevan dengan kehidupan, khususnya dunia kerja.

Kelemahan metode problem solving ini adalah :
a.     Beberapa pokok bahasan untuk metode ini sangat sulit di terapkan misalnya terbatasnya alat-alat laboraturium menyulitkan peserta didik untuk melihat dan mengamati serta akhirnya dapat menyimpulakan kejadian atau konsep tersebut.
b.     Memerlukan alokasi waktu yang lebih panjang di bandingkan dengan pembelajaran yang lain.


Selasa, 19 Maret 2013

Sorry! (Cerpen)


SORRY!!!

Oleh : Khadijah Anwar

“Lagi ngapain Beib?” Tanya Yuli mesra di telepon.
“Sorry Beib, ntar aja ya teleponnya. Aku lagi sibuk banget. Banyak tugas dari dosen.”
“Tapi Beib…”
Tuuut…tuuut…tuuut…
Suara telepon ditutup.
Yuli hanya mencoba menahan marah dan bersabar atas sikap Aan, kekasih yang sangat dicintainya.. Sudah hampir satu bulan ini sikap Aan dingin kepadanya. Setiap kali Yuli menguhubunginya Aan selalu mengelak dengan alasan sibuk dengan tugas-tugas kuliahnya. Padahal bulan-bulan pertama mereka pacaran Aan tak pernah absen menanyakan kabar Yuli walaupun tugas kuliah menunggunya.
Semula, Yuli pikir Aan memang benar tengah sibuk dengan tugas kuliahnya. Tapi, tak dapat dipungkiri kini hatinya resah. Apalagi tadi siang Rivi, sahabat dekatnya melihat Aan sedang makan di Café bersama cewek. Ingin rasanya dia tidak percaya, tapi tetap saja ia tak bisa begitu saja melupakannya. Dia hanya belum siap jika harus kehilangan Aan, karena dia begitu mencintainya.
            “Maafin aku Yul, tapi kita nggak bisa kita sama-sama lagi. Aku mau konsentrasi dulu sama kuliahku. Aku harap kamu bisa mengerti.”
Pesan itu baru saja diterima Yuli melalui handphonenya. Seperti tersambar petir Yuli membaca pesan itu. Tidak ada angin tidak ada hujan, tiba-tiba Aan berkata demikian.
Yuli terus berusaha menghubungi Aan. “Nomor yang anda hubungi tidak dapat dihubungi silahkan coba beberapa saat lagi.” Jawaban dari suara di telepon. Berulang kali Yuli mendengar jawaban itu. Yuli tak berharap banyak. Dia hanya ingin sebuah penjelasan yang lebih logis kenapa Aan mengakhiri semuanya.. Tapi usaha Yuli sia-sia, tetap tak ada jawaban.
            “Kamu baik-baik aja kan, Yul?” Tanya Rivi khawatir melihat Yuli mematikan handphonenya dengan kasar.



Senin, 18 Maret 2013

Tahap Evaluasi dan Teknik Evaluasi Hasil Belajar


EVALUASI PEMBELAJARAN
(Tahap Evaluasi dan Teknik-Teknik Evaluasi Hasil Belajar)

Disusun Oleh :
Kelompok II
1.    Eka Hardiyanti            (10270702)
2.    Mutiara Ulin                (10270041)

Dosen Pembimbing :
Elhefni, M.Pd.I


JURUSAN PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH (PGMI)
FAKULTAS TARBIYAH
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) RADEN FATAH
PALEMBANG
TAHUN AKADEMIK 2013



JUDUL : TAHAP EVALUASI DAN TEKNIK EVALUASI HASIL BELAJAR
A.       TAHAP EVALUASI
Istilah evaluasi sudah sering terdengar di telinga dan sudah sangat sering digunakan dalam proses pembelajaran. Namun, tidak selalu menggunakan tahapan-tahapan yang sesuai menurut para ahli.
Evaluasi pembelajaran sendiri merupakan suatu tindakan yang dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui tingkat keberhasilan suatu program pendidikan, pengajaran, atau pun pelatihan yang telah dilaksanakan. Dalam melakukan kegiatan evaluasi tentu diperlukan informasi informasi atau data yang baik mutunya. Data seperti itu akan dapat diperoleh dengan melakukan pengukuran dan penilaian terlebih dahulu[1]
Evaluasi dapat ditujukan pada prestasi belajar siswa dan dpat pula ditujukan kepada program. Evaluasi dapat memberikn umpan balik bagi guru dalam rangka perbaikan setiap komponen proses belajar mengajar yang ikut berproses. Melalui hasil evaluasi, guru dapat mengukur keberhasilan penyusunan dan pelaksanaan proram pembelajaran, lebih-lebih evaluasi terhadap prestasi belajar siswa merupakan dasar perbaikan terhadap penyusunan instruksional, bahan, metode dan pilihan media. Melalui evaluasi juga dapat diketahui aktifitas siswa apakah sudah mememuhi konsep kurikulum yang berlaku atau belum.[2]
Namun, pada pembahasan kali ini, kami tidak akan membahas mengenai pengertian evaluasi lebih jauh lagi, karena pembahasan tersebut tersebut telah dijelaskan dipertemuan sebelumnya oleh kelompok sebelumnya.
Sudah dijelaskan sebelumnya bahwa, evaluasi itu berkaitan erat dengan penilaian dan pengukuran. Sebuah penilaian dan pengukuran akan menghasilkan evaluasi. Tidak akan terjadi evaluasi jika hanya ada penilaian tanpa pengukuran. Untuk itulah, guru harus mengetahui tahap-tahapan yang harus dilaksanakan dalam melakukan evaluasi dalam proses pembelajaran, agar menghasilkan evaluasi yang maksimal.
Dalam bukunya, Daryanto mengemukakan empat langkah pelaksanaan evaluasi yang baik, yaitu[3] :
Langkah 1 :
Evaluasi tentang diri seorang anak atau sekelompok anak. Ini merupakan langkah pertama kea rah evaluasi yang baik. Pembatasan ini biasanya ditentukan oleh sifat tugas seseorang dalam keseluruhan pendidikan seorang anak. Seorang guru ilmu pasti atau sejarah dalam mengadakan evaluasi terhadap kemajuan murid-muridnya membatasi dirinya pada usaha untuk mengetahui kemajuan mereka dalam pelajaran ilmu pasti atau sejarah apa saja. Sebaliknya, seorang konselor pendidikan (education counselor), mempunyai batasan tugas yang lebih luas daripada guru ilmu pasti atau sejarah tadi.
Langkah 2 :
Evaluasi yang baik ialah bahwa data yang kita kumpulkan mengenai setiap aspek pribadi anak harus merupakan “behavior sampling”cukup representative terhadap keseluruhan tingkah laku anak. Misalnya untuk menetapkan apakah seorang anak pada dasarnya bersifat pemalu atau tidak, tidak cukup kalau hanya  memperhatikan tingkah laku anak pada satu kesempatan saja. Kita harus mencoba untuk mengetahui bagaimanakah reaksi anak terhadap bermacam-macam situasi pada berulang kali kesempatan.
Jika prinsip ini dilanggar, biasanya kesimpulan yang kita rumuskan akan diwarnai oleh apa yang disebut “hallo effect” dan tidak akan merupakan suatu “conclusion” melainkan suatu “confusion”.
Misalnya banyak orang mengatakan bahwa ia seorang pemalu, seorang yang membosankan atau “saai” hanya karena pernah dilihatnya dalam suatu pesta ia tidak mau diajak berdansa. Padahal kemungkinan selalu ada bahwa si A tidak mau diajak berdansa pada pesta itu, bukan karena ia malu, melainkan karena ia betul-betul tidak pandai berdansa. Dan tidak beraninya berdansa pada pesta ini, bukan pula karena ia malu melainkan karena dia tidak mau mengecewakan pasangan atau partnernya. Kalau diperhatikan praktek-praktek evaluasi lazim dilakukan orang awam akan kita lihat bahwa prinsip ini banyak sekali dilanggar.

Langkah 3  :
Evaluasi yang baik ialah bahwa cara-cara serta alat-alat yang hendak kita pergunakan untuk pengumpulan data mengenai diri anak kita pilih betul-betul sebelumnya untuk mengumpulkan keterangan mengenai cerdas atau tidaknya seorang anak, misalnya dapat kita pergunakan dua macam cara observasi atau mengadakan tes. Tes yang dapat dipergunakan untuk keperluan ini pun bermacam-macam pula. Ada tes individual, ada pula tes kelompok. Untuk setiap jenis tes kecerdasan tersebut telah tersedia banyak sekali tes di antaranya ada yang baik ada pula yang kurang baik. Dan kita sebagai evaluator harus pandai memilih.

Langkah 4 :
 Evaluasi yang baik ialah bahwa data yang telah kita kumpulkan tadi harus diolah terlebih dahulu. Sebelum memberikan tafsiran terhadap data yang telah dikumpulkan sebelumnya tadi. Pengolahan-pengolahan ini sangat beragam, ada pengolahan yang bersifat statistis, ada pula yang bersifat non-statistis, pengolahan mana yang paling tepat untuk dilakukan terhadap sekumpulan data ditentukan oleh sifat-sifat dan jenis data yang dikumpulkan dan tujuan terdekat yang harus diselesaikan dalam keseluruhan prosedur evaluasi yang sedang kita kerjakan. Apabila sekumpulan data yang ada pada kita menghendaki jenis pengolahan yang tidak cukup kita kuasai maka hal yang sebaiknya kita lakukan dalam hal ini ialah mengadakan konsultasi dengan teman sejawat lain atau seorang expert.
Sementara itu, menurut Tim Pengembang MKDP beberapa hal yang perlu dipertimbangkan dalam perencanaan pembelajaran, yaitu[4] :
1)     Jenis dan karakteristik kompetensi dan tujuan pembelajaran yang dikembangkan;
2)    Pengambilan sampel perilaku yang akan diukur
3)     Pemilihan jenis dan tipe alat evaluasi yang akan digunakan;
4)    Aspek yang akan diuji;
5)     Format butir soal;
6)    Distribusi tingkat kesukaran soal.
Kemudian, masih menurut Tim Pengembang MKDP, dalam menentukan bentuk alat evaluasi yang akan digunakan, perlu mempertimbangkan hal-hal berikut ini :
1)     Karakteristik kompetensi dan mata pelajaran yang akan diujikan;
2)    Tujuan khusus pembelajaran yang harus dicapai siswa;
3)     Tipe informasi yang dibutuhkan dari tujuan evaluasi;
4)    Usia dan tingkat perkembangan mental siswa akan mengikuti tes;
5)    Besarnya kelompok siswa yang akan mengikuti tes.

Menurut pemakalah sendiri disortir dari beberapa buku yang telah dibaca, maka disebutkan tahap-tahap evaluasi sebagai berikut :


Sabtu, 16 Maret 2013

Mimpi yang Tak Teraih


MIMPI YANG TAK TERRAIH
Oleh : Khadijah Anwar

Waktu sudah menunjukkan pukul tiga sore, tapi dia belum juga datang menemuiku, padahal sudah lebih dari satu jam aku menunggunya di tempat ini dari waktu yang telah kami janjikan. Tapi, dia tetap tak kunjung datang, berulangkali aku menghubungi handphonenya tapi tak pernah ada jawaban.
“Beri aku kesempatan dan kepercayaan, aku janji akan menjaganya!” Pintanya saat itu setelah berulang kali aku meragukannya.
“Ok...” Jawabku singkat, penuh dengan keraguan.
Aku coba ingat janji yang pernah ia katakan beberapa hari yang lalu, tapi sepertinya hari ini dia tak dapat menepatinya. Faktanya sudah dua jam waktuku terbuang percuma di sini tanpa ada konfirmasi darinya. Dengan wajah penuh kekecewaan aku melangkahkan kakiku menuju pelataran parkir. Aku hidupkan sepeda motorku kemudian melaju meninggalkan pelataran parkir mall. Di kepalaku tersimpan segudang tanya yang ingin ku ungkap padanya. Alasan mengapa dia membiarkan aku menunggu selama dua jam tanpa adanya konfirmasi. Pikiranku mulai berkecamuk. “Ada apa ini?” pikirku. Hujan mulai turun seakan mewakili perasaanku. Ku coba mencari tempat berteduh, dingin mulai merasuki tiap persendian tulangku. Bibir ini mulai bergetar karena dingin. Untuk menenangkan kerisauanku kucaba menghubunginya kembali. Mulai ada jawaban.