Setelah 2 hari berkutat
dengan hal-hal serius, maka saatnya jalan-jalan. Alhamdulillah, diberi
kesempatan untuk menikmati udara Banjarmasin. So, agenda hari ini pertama kali
menuju Siring Sungai Martapura, dari penginapan bus sudah melaju sejak pukul 07.00
WITA, niatnya biar bisa bertemu dengan pedagang di Pasar Apung. Tapi apalah daya, ketika tiba di sana, Pasar
Apungnya tidak ada. But, No Problem... di sini ada patung Bekantan.
Nih Patungnya. Jadi,
bekantan ini adalah hewan khas pulau kalimantan. Bekantan ini sejenis kera atau
monyet, yang membedakannya terletak pada hidung dan ekornya. Hidung Bekantan
ini lebih besar dibandingkan hidung monyet pada umumnya. Lalu, warna bulu
bekantan ini lebih mencolok yaitu kuning keemasan. Patung bekantan ini dibuat
menyerupai patung singa di Singapura yang mengeluarkan air dari mulutnya ke
arah sungai.
Next, setelah dari Sungai
Martapura, perjalanan dilanjutkan ke Danau Seran. Eits,,, lagi-lagi saya
dikasih surprise dengan kedatangan Mbak Hanifah Syakira, beliau adalah salah
satu dari anggota Kamar Indonesia Raya saat mubes IMPI di Malang tahun 2012.
Terharu rasanya, terlebih beliau ikut serta dengan rombongan untuk perjalanan
hari ini dengan membawa Adya, bayi mungilnya yang baru berusia 11 bulan.
#semogasayasegeramenyusul. Opsss...
Nah,,, ini hasil Foto di
Danau Seran, butuh waktu kurang lebih 40 menit dari Siring Sungai Martapura
menuju Danau ini. Jadi, Danau ini merupakan hasil dari galian penduduk setempat
yang menambang timah. Sehingga lama kelamaan membentuk sebuah galian dan
terendam air menjadi danau. Lalu, dimanfaatkan warga sekitar untuk menjadi
tempat wisata.
Makan siang bersama
dilakukan di Danau Seran beserta rombongan. Selesai makan, beberapa ada yang
memilih naik bebek-bebekan, sementara saya sendiri lebih menikmati berayun di
atas sebuah ayunan tali yang diikat di antara dua buah pohon.
Perjalanan dilanjutkan
kembali menuju Pasar Tradisional Martapura. Nah, jadi, Martapura ini terkenal
dengan hasil tambangnya berupa intannya. Jadi di pasar ini, berbagai jenis
intan dan oleh-oleh khas Martapura dijajahkan. Sementara saya hanya menikmati
es campur di pasar ini, belum tertarik menjelajah lebih jauh, mungkin efek
lelah. Terakhir, perjalanan diakhiri dengan berziarah ke makam salah satu wali
Banjarmasin yang dipanggil Abah Guru, menurut teman-teman belum ke Martapura
kalau belum ziarah ke Makam Abah Guru.
19 Februari 2017, sebelum
pesawat tinggal landas pukul 17.00 WITA nanti, pagi ini saya masih ada waktu
beberapa jam untuk berkeliling kota Banjarmasin. Karena kemarin belum berhasil
menemukan pasar apung khas Banjarmasin, maka pagi ini rasa penasaran itu
terbayarkan. Saya bersama tiga teman lainnya, mengunjungi Pasar Apung di Siring
Sungai Martapura, di sana ada banyak perahu penduduk yang menjajahkan
dagangannya bersandar. Saya berhasil mengabadikan beberapa momen.
Di Pasar Apung ini juga ada
berbagai macam buah khas Banjarmasin yang dijual. Seperti yang sedang saya
makan ini, namanya Buah Mentega, ukuran buahnya sebesar buah Apel Fuji,
kulitnya berwarna merah berbulu seperti kesemek, daging buahnya berwarna putih
seperti apel dan rasanya pun mirip buah apel, manis tapi lebih lembut
teksturnya.
Sementara satu lagi namanya
buah ketapi. Warnanya kuning, lebih kecil dari buah mentega, harganya Rp
1.000,- /buah. Buahnya seperti buah manggis, yang dimakan bagian dalam buahnya.
Rasanya kalau beruntung akan bertemu yang rasanya manis, tapi jika kurang
beruntung akan bertemu yang rasanya sedikit asam.
Selain mencoba beberapa
jenis buah asing, saya juga mencoba beberapa jajanan tradisional, ada laksan
(mirip laksan khas Palembang), ada Lupis (walaupun bentuknya tabung), ada
Papare, Kupat khas Banjar (Pakai kuah opor khas Palembang), ada jengkol rebus
dicolek sama sambel abangan. Rata-rata makanannya lebih mirip makanan khas
Palembang.
Puas menjelajah jajanannya,
perjalanan dilanjut dengan menikmati udara Siring Sungai Martapura dengan
menaiki Kelothok berkeliling Siring Sungai Martapura hingga ke Pasar Lama.
Cukup Rp 5.000,-/orang saya sudah bisa menikmati Siring Sungai Martapura dengan
Kelothok khas Banjarmasin. Rada takut sih saat naik di atas Kelothok apalagi
diminta berdiri oleh seorang teman untuk merasakan sensasinya.
Terima kasih untuk kisah yang terukir di Banjarmasin,
Wassalamu'alaikum...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
kata-kata yang baik, mencerminkan pribadi seseorang.