Kamis, 23 Februari 2017

Wisata di Surabaya

Assalamu'alaikum....

Hai, Hello, Hai, Hello Hello Hai...
 :D

Setelah pulih dari sakit, #oppsss, belum bener-bener pulih sih. Niat hati ingin menjelajah Malang. Hanya saja, apalah daya ketika tujuan berubah haluan ke Indonesia bagian Tengah. Eitss,,, sebelum kesana, mampir dulu ke Kota Pahlawan. So, cerita tentang Indonesia bagian tengahnya di next episode ya. Sekarang ceritanya tentang perjalanan di Surabaya dulu ya, lengkap dengan biaya. Hohoho...

Yuhu,,, perjalanan dimulai dari Kota Yogyakarta. Stasiun Lempuyangan dengan Kereta Logawa, tiketnya Rp 74.000,- (saat ini ya) keberangkatan pukul 08.55. Tujuan akhir dari kereta ini adalah stasiun Gubeng. Tapi, karena diminta teman yang akan menjemput untuk berhenti di Stasiun Wonokromo, 10 Menit sebelum stasiun Gubeng. (Kalo mau ke Bandara Djuanda, mending turun di Wonokromo, lebih deket ke Bandaranya, tips dari temen).

Next, setibanya di Wonokromo tepat pukul 14.50 WIB, seorang teman sudah menunggu saya. Saya butuh istirahat sebentar. Sebelum maghrib berkumandang, Masjid Nasional Al-Akbar Surabaya menjadi tujuan pertama saya setibanya di kota ini. Masjidnya gede, (iya keules, kan Akbar), Arsitekturnya indah, saya suka kubahnya, warnanya unik, jadi ada 1 kubah besar, dikelilingi 4 kubah kecil di sekitarnya. Masjid ini adalah masjid terbesar kedua di Indonesia setelah Masjid Istiqlal.

Beres Magriban di Masjid Agung Surabaya, perjalanan dilanjutkan dengan mencari beberapa buku di toko buku yang kabarnya lagi ada promo gede-gedean (tetep inget buku dimana pun). Berhasil membawa pulang 9 macam buku. Yah, lumayan buat nambahin koleksi, mana tahu besok lusa punya perpustakaan pribadi. (aamiin). 
Laper... Pilihan tempat makan Rawon khas Jawa Timur. Ntah ini sih Rawon, aslinya kota mana, tahunya cuma dari Jawa Timur aja.  Pertama kali makan Rawon tahun 2012 lalu, saat perjalanan ke Malang. Baru nyobain Rawon lagi saat di Surabaya ini. Soal Rasa? Wah, kagak perlu ditanya, ini Rawon Recomended banget, yakin. Rasanya pas di lidah, enak, yummy.. Harganya gak tahu berapa, kemarin Pesen Rawon 2 Porsi, Es Teh 1 dan air mineral 1, Totalnya Rp 46.000,- (Normal sih, untuk ukuran rasa seenak itu). Nama warungnya kalau gak salah ya Warung Katulistiwa, letaknya di Taman Bunga Bakung Surabaya. Enough for today.

Next, Hari kedua, sebelum nanti malam terbang ke Banjarmasin, beberapa tempat wisata di Surabaya menjadi tujuan. Perjalanan dimulai pukul 07.00 WIB, menuju jembatan Suramadu. Nih Jembatan kece banget, panjaaaaaaaaang. Tapi nggak berhasil mengabadikan momen di atas jembatannya. Cuma bisa dapetin foto di ujung jembatannya aja ini, jembatannya Nggak nampak. It's OK.

Perjalanan lanjut lagi ke Pantai Kenjeran. Di kawasan wisata pantai ini, ada satu pintu masuk, dengan biaya retribusi Rp 15.000,-/orang, di dalamnya ada Vihara gitu. Lupa apa nama Viharanya, kalo nggak salah inget namanya Vihara Kya-Kya. Kalo salah, tolong benerin yah guys... Ini Vihara Gede, di belakangnya langsung sama Pantai Kenjeran, ada patung Dewi Kwan Im dan pengawalnya, di bawahnya ada Patung Naga ukuran Raksasa saling menghadap satu sama lain. Sementara di depan Viharanya ada Patung Dewa Wisnu berukuran Raksasa di dalam sebuah bangunan khas Hindu. 

        Masih di kawasan wisata ini, dua makanan khas Kenjeran dan Surabaya wajib dicobain. Namanya Lontong Balap dan Lontong Kupang. Yah, yang namanya lontong, mesti ada lontongnya yah, tapi bukan tolong ya. :D
Ini Lontong Balap. Kenapa dibilang Lontong Balap, kalo beredar ceritanya katanya sih dulunya yang jual nih lontong pada kebut-kebutan jadi dibilang balapan. Kuahnya lebih bening (ini dah dikasih kecap, jadi berwarna) gak pake santan, terus taogenya full banget itu, kalo di sini ditambahin sate kerang 4 tusuk.
Nah, kalo yang ini namanya Lontong juga, tapi ini Lontong Kupang. Dibilang lontong kupang karena dikasih campuran kupang di kuahnya. Jadi Kupang ini adalah makanan laut khas pantai Kenjeran, warnanya putih ukurannya kecil aroma lautnya kerasa banget. Soal rasa, enak sih, tapi buat lidah saya, masih rada aneh rasanya. hihihi...


 Next, perut kenyang, maka perjalanan lanjut ke Jembatan Suroboyo, Ngapain kesini? Mau lihat Perkampungan warna tepatnya. Jadi dari jembatan ini kalian bisa ngeliat deretan kampung di bawah jembatan yang telah disulap menjadi berwarna-warni. Ini seperti kampung Warna yang ada di Malang. Dari jembatan ini juga kelihatan jembatan suramadu sebenarnya, tapi cuma bisa berdiri foto sebentar, karena petugas Pol PP udah ngejagain dan gak kasih izin buat berlama-lama berhenti di atas jembatan. No Problems for that.
Yo'i, lanjut laporan kepada sang pemberi nikmat terbesar, kali ini Masjid Cheng Ho Surabaya yang menjadi tujuan. Masjidnya minimalis, tapi adem banget, letaknya di perumahan. Arsitekturnya bergaya tionghoa, keren, unik, betah berlama-lama di sini. Di beberapa kota ada juga Masjid Cheng Ho seperti di Palembang dan Pasuruan. Ini adalah Masjid Cheng Ho versi Kota Surabaya. 



Rasa lelah mulai menggelayuti, tujuan akhir adalah tugu patung Surabaya, katanya belum ke Surabaya kalau belum foto di Patung ini. But, untuk cerita tentang patung Surabaya ini, ada di sesion sendiri, penasaran? yuk, baca perjalanan tugu surabaya.

After that, prepare buat berangkat ke Banjarmasin pukul 18.00 WIB.  Terimakasih teman-teman yang telah menemani perjalanan di Surabaya, pertama ketemu kalian November 2012, sekarang baru ketemu lagi... senengnya, semoga nanti ketemu lagi di kesempatan lain.

Surabaya, 15-16 Februari 2017


2 komentar:

  1. aish.... aish...
    ada fotoku rupanya.... hehe..
    mampir di blogku juga yach...
    di blogeulum.blogspot.co.id

    BalasHapus

kata-kata yang baik, mencerminkan pribadi seseorang.