PERKEMBANGAN ISLAM PADA
MASA BANI ABBASIYAH
A. Sejarah
Berdirinya Dinasti Abbasiyah
Dinasti Abbasiyah didirikan pada tahun
132 H/750 M, oleh Al Abbas Ash-Shaffah, dan sekaligus sebagai khalifah utama.
kekuasaan Dinasti Abbasiyah berlangsung selama 5 abad yaitu dari tahun 132-656
H (750 M-1258 M). Berdirinya pemerintahan ini dianggaap sebagai kemenangan
pemikiran yang dikumandangkan oleh Bani Hasyim (Alawiyun) setelah meninggalnya
Rasullullah dan anak-anaknya.
Diantara para tokoh pendiri dinasti
Abbasiyah : Muhammad bin Ali, Ibrahim bin Muhammad bin Ali, abul Abbas
Al-Shafah, Abu Jafar Al-Mansur, dan abu Muslim Al-Khurasani.[1]
Sebelum berdirinya Dinasti Abbasiyah
terdapat tiga poros utama yang merupakan pusat kegiatan, antara yang satu
dengan yang lain memiliki kedudukan tersendiri dalam memainkan perannya untuk
menegakkan kekuasaan keluarga besar paman Rasulullah, Abbas bin Abdul Muthalib.
Dari nama Al-Abbas paman Rasullullah inilah nama ini disandarkan pada tiga tempat pusat kegiatan yaitu Humaimah, Kufah, dan Khurasan.
Dikota Humaimah bermukim keluarga
Abbasiyah, salah seorang pimpinannya bernama Al-Imam Muhammad bin Ali yang
merupakan peletak dasar-dasar bagi berdirinya Dinasti Abbasiyah. Ia menyiapkan
strategi perjuangan menegakkan kekuasaan atas nama keluarga Rasulullah. Para
penerang dakwah Abbasiyah berjumlah 150 orang di bawah pimpinannya yang
berjumlah 12 orang dan puncak pimpinannya adalah Muhammad bin Ali.
Propaganda Abbasiyah dilaksanakan
dengan strategi yang cukup matang sebagai gerakan rahasia. Akan tetapi Imam
Ibrahim pemimpin Abbasiyah yang berkeinginan mendirikan kekuasaan Abbasiyah,
gerakannya diketahui oleh khalifah Umayyah terakhir, Marwan bin muhammad.
Ibrahim akhirnya tertangkap oleh pasukan Dinasti Umayyah dan dipenjarakan di
Haran sebelum akhirnya di Eksekusi. Ia mewasiatkan kepada adiknya Abdul Abbas
untuk menggantikan kedudukannya ketika tahu bahwa ia akan terbunuh, dan memerintahkan
untuk ke Kufah. Sedangkan pemimpin propaganda dibebankan kepada Abu Salamah.
Segeralah Abul Abbas pindah dari Humaimah ke Kufah diiringi oleh para pembesar
Abbasiyah yang lain seperti Abu Ja’far, Isa bin Musa, dan Abdullah bin Ali.
Penguasa Umayyah di Kufah, Yazid bin
Umar bin Hubairah, ditaklukkan oleh Abbasiyah dan diusir ke Wasit. Abu Salamah
selanjutnya berkemah di Kufah yang telah ditaklukkan pada tahun 132 H. Abdullah
bin Ali, salah seorang paman Abdul Abbas diperintahkan untuk mengejar khalifah
Umayyah terakhir, Marwan bin Muhammad bersama pasukannya yang melarikan diri,
dimana akhirnya dapat dipukul di dataran rendah sungai Zab. Pengejaran
dilanjutkan ke Mausul, Harran dan menyeberangi sungai Eufrat sampai ke
Damaskus. Khalifah itu melarikan diri hingga ke Fustat di Mesir, dan akhirnya
terbunuh di Busir, wilayah Al-Fayyum, tahun 132 H/750 M di bawah pimpinan Salih
bin Ali, seorang paman Al-Abbas yang lain. Dengan demikian, maka tumbanglah
kekuasaan Dinasti Umayyah, dan berdirilah Dinasti Abbasiyah yang dipimpin oleh
khalifah pertamanya, yaitu Abul Abbas Ash-Shaffah dengan pusat kekuasaan
awalnya di Kuffah.
Pemerintahan Abu Abbas Ash-Shaffah
Seluruh anggota keluarga Abbas dan pimpinan umat Islam menyatakan setia
kepada Abul Abbas Ash-Shaffah sebagai khalifah mereka . Ash-Shaffah sebagai
khalifah mereka. Ash-Shaffah kemudian pindah ke Ambar, sebelah barat sungai
Eufrat dekat Bagdad. Ia menggunakan sebagian besar dari masa pemeritahannya
untuk memerangi para pemimpin Arab yang kedapatan membantu Bani Umayyah. Kekhalifahan
Ash-Shaffah hanya bertahan selama 4 tahun, sembilan bulan. Ia wafat pada tahun
136 H di Abar.
Masa pemerintahan Bani Abbasiyah dibagi
dalam empat periode berikut:[2]
1.
Masa
abbasiyah I, yaitu semenjak lahirnya daulah Abbasiyah tahun 132 H (750 M)
sampai meninngalnya khalifah Al-Watsiq 232 H (874 M).
2.
Masa
Abbasiyah II, yaitu mulai Khalifah Al-Mutawakil pada taahun 232 H (847 M)
sampai berdirinya daulah Buwaihiyah di Bagdad pada tahun 334 H (946 M).
3.
Masa
Abbasiyah III, yaitu dari berdirinya daulah Buwaihiyah tahun 334 H (946 M)
sampai masuknya kaum Saljuk ke Bagdad tahun 447 H (1055 M).
4.
Masa
Abbasiyah IV, yaitu masuknya orang-orang Saljuk ke Bagdad tahun 447 H (1055 M)
sampai jatuhnya Baghdad ke tangan Mongol di bawah pimpinan Hulagu khan
padatahun 656 H ( 1258 M).
B. Para
Khalifah Dinasti Abbasiyah
Sebelum Abul Abbas Ash-Shaffah
meninggal, ia sudah mewasiatkan siapa yang akan menggantikannya, yakni
saudaranya, Abu ja’far, kemudian Isa bin Musa, keponakannya. Para khalifah Bani
Abbasiyah berjumlah 37 khalifah, mereka adalah:[3]
1.
Abul
Abbas Ash-Shaffah. (pendiri) 749-754 M
2.
Abu
Ja’far Al-Manshur 754-775 M
3.
Abu
Abdullah Al-Mahdi 775-785
M
4.
Abu
Muhammad Musa Al-Hadi 785-786
M
5.
Abu
Ja’far Harun Ar-Rasyid 786-809
M
6.
Abu
Musa Muhmmad Al-amin 809-813
M
7.
Abu
Ja’far Abdullah Al-Ma’mun 813-833
M
8.
Abu
Ishak Muhammad Al-Mu’tashim 833-
842 M
9.
Abu
Ja’far Harun Al-Watsiq 842-847
M
10. Abu Fadl Ja’far Al-Mutawakil 847-861 M
11. Abu Ja’far Muhammad Al-Muntashir 861-862 M
12. Abul Abbas Ahmad Al-Musta’in 862-866 M
13. Abu Abdullah Muhammad Al-Mu’taz 866-869 M
14. Abu Ishaq Muhammad Al-Muhtadi 869-870 M
15. Abul Abbas Ahmad Al-Mu’tamid 870-892 M
16. Abul Abbas Ahmad Al-Mu’tadid 892-902 M
17. Abul Muhammad Ali Al-Muktafi 902-905 M
18. Abul fadl Ja’far Al-Muqtadir 905-932 M
19. abu Mansur Muhammad Al-Qahir 932-934 M
20. Abul Abbas Ahmad Ar-Radi 934-940
M
21. Abu Ishaq Ibrahim Al-Muttaqi 940-944
M
22. Abdul Qasim abdullah Al-Mustaqfi 944-946
M
23. Abul Qasim Al-Fadl Al-Mu’ti 946-974
M
24. Abul Fadl Abdul Karim At-Thai 974-991
M
25. Abul Abbas Ahmad Al-Qadir 991-1031
M
26. Abu Ja’far Abdullah Al-Qaim 1031-1075 M
27. Abul Qasim Abdullah Al-Muqtadi 1075-1094 M
28. Abul Abbas Ahmad Al- Mustadzir 1094-1118 M
29. Abu Manshur Al-Fadl Al-Mustarsyid 1118-1135 M
30. Abu Ja’far Al-Mansur Ar-Rasyid 1135-1136 M
31. Abu Abdullah Muhammad Al-Muqtafi 1136-1160 M
32. Abul Mudzafar Al- Mustanjid 1160-1170 M
33. Abu Muhammad Al-Hasan Al-Mustadi 1170-1180 M
34. Abu Al-Abbas Ahmad An-Nasir 1180-1225 M
35. Abu Nasr Muhammad Az-Zahir 1225-1226 M
36. Abu ja’far Al-Mansur Al-Mustansir 1226-1242 M
37. Abu Ahmad Abdullah Al-Mu’tashim Billah 1242-1258 M
Khalifah Bani Abbas yang Menonjol
adalah:[4]
1. Abu Ja’far Al-Mansur
Abu Jafar Al-mansur sangat besar
jasanya dalam mengembangkan kebudayaan dan peradaban islam. ia adalah orang
yang cinta ilmu pengetahuan. Buku-buku yang dihasilkan oleh bangsa romawi
dikumpulkan dan diterjemahkan ke dalam bahasa arab. Ilmu falak dan Filsafat
mulai digali dan dikembangkan pada waktu itu.
langkah-langkah yang dilakukan oleh
khalifah Abu Ja’far Al-Mansur untuk memajukan Daulah Abbasiyah antara lain
ialah: Penertipan pemerintahan, pembinaan keamanan dan stabilitas dalam negeri,
pembinaan politik luar negeri.
2. Harun Al-Rasyid
Harun Al-Rasyid adalah seorang yang taat
beragama, saleh dan dermawan. Masa pemerintahannya adalah masa keemasan Daulah
Abbasiyah. Keagungan sejati Harun Al-Rasyid terletak pada sikap politik
damainya yang selalu terlihat. Harun Al-Rasyid mendirikan masjid, perguruan
tinggi, sekolah, rumah sakit, dan sebagainya. Semua itu bertujuan untuk
mensejahterakan rakyatnya.
3. Abdullah Al-Makmun
Al-Makmun terkenal sebagai seorang
Administator yang termasyur karena kebijaksanaan dan kesabarannya. Ia membentuk
badan negara yang anggotanya terdiri dari wakil semua kalangan masyarakat.
tidak ada perbedaan kelas atau agama, pelayanan masyarakat terbuka untuk siapa
saja. Para wakil rakyat mendapat kebebasan penuh dalam mengemukakan pendapat
dan bebas berdiskusi didepan khalifah. Al-Makmun terkenal seorang khalifah yang
bijaksana dan pemaaf.
C. Kemajuan
Pada Masa Daulah Abbasiyah
a)
Kemajuan
dalam bidang politik dan pemerintahan
Seperti diketahui bahwa lahirnya Daulah Abbasiyah pada
proses awalnya diwarnai dengan pergulatan politik, pergumulan sosial, dan
pergulatan agama. Hal ini jelas akan berakibat tidak stabilnya pemerintahan
pada masa awal suatu pemerintahan. Untuk mempertahankan diri dari berbagai
kemungkinan adanya gangguan, timbulnya pemberontakan-pemberontakan maka, para
khalifah daulah Abbasiyah mengambil tiga kebijakan poltik dalam negerinya,
yaitu:
1.
Kebijaksanaan
Politik Terhadap Bani Umayah
Supaya tidak terjadi gerakan pemberontakan dari keluarga
bani Umayah yang bermaksud mengambil kembali kekuasan dari pemerintahan Daulah
Abbasiyah, maka para khalifah Abbasiyah mengambil suatu tindakan terhadap para
pendukung dan kelurga Bani Umayah yang masih tersisa.
2.
Kebijaksanaan
Terhadap Orang-orang Persia
Dalam rangka mempertahankan kekuatan politik pemerintahan
Daulah Abbbasiyah, disamping melakukan kebijaksananan politik terhadap kelompok
dan pendukung Bani Umayah kelompok Mawaly juga diberikan kesempatan dalam
berbagai bidang pemerintahan. kebijksanaan ini akhirnya menimbulkan kecemburuan
di kalangan masyarakat Arab.
3.
Kebijaksanaan
Politik Pemerintahan
Perkembangan politik pemerintahan pada masa kekuasaan Daulah
Abbasiah, adalah kemajuan yang dicapai melalui pembentukan beberapa lembaga
pemerintahan yang baru, antara lain yaitu:
·
Pengangkatan
wazir (menteri) sebagai pembantu utama khalifah dalam melancarkan roda
pemerintahan
·
Pembentukan
Diwanul Kitabah (semacam Sekretariat Negara) yang ipimpin oleh Raisul Kitabah
(Sekretaris Negara).
·
Pembentukan
beberapa Departemen sebagai pembantu Wazir
·
Pengangkatan
Amir dan Syekhul Qura
·
Pembentukan
Angkatan bersenjata
·
Pembentukan
Makamah agung
b) Kemajuan Dalam Bidang Sosial Ekonomi
1.
Perkembangan
Sosial
Kehidupan sosial pada masa pemerintahan Daulah Abbasiyah
merupakan kelanjutan dari zaman pemerintahan Daulah Umayah.
Menurut Geroge zaidan, bahwa masyarakat yang ada pada masa
pemerintahan Daulah Abbasiyah terbagi ke dalam dua kelas, yaitu kelas umum dan
kelas khusus. Kelas umum terdiri dari: Khalifah, Keluarga Khalifah, para pembesar
Negara, Para bangsawan, para petugas khusus seperti anggota tentara,
pembantu-pembantu istana. Sedangkan, kelas khusus terdiri dari: para seniman,
para ulama,para pengusaha, para tukang, dan petani.
2.
Perkembangan
Ekonomi
Pada masa awal pemerintahan Daulah Abbasiyah, perbendaharaan
negara mengalami kemajuan yang sangat
hebat. Kas negara selalu penuh, uang masuk lebih banyak dari pada uang yang
keluar.
Pada masa pemerintahan Daulah Abbasiyah, sistem perekonomian
negara dibangun dengan menggunakan sistem ekonomi pertanian, perindustrian, dan
perdagangan.
c) Kemajuan Dalam Bidang Ilmu Pengetahuan
dan Kebudayaan
1.
Kemajuan
Dalam Bidang Ilmu Pengetahuan
Masa pemerintahan Daulah Abbasiyah merupakan masa kejayaan
Islam dalam berbagai bidang khususnya bidang Ilmu pengetahuan dan kebudayaan.
Pada zaman pemerintahan Daulah Abbasiyah, proses pengalihan ilmu
pengetahuan dilakukan dengan cara penerjemahan berbagai buku karangan
bangsa-bangsa terdahulu. Pada masa itu pusat-pusat kajian ilmiah bertempat di
masjid-masjid.
Pada permulaan Daulah Abbasiyah, belum terdapat pusat-pusat
pendidikan formal, seperti sekolah-sekolah, yang ada hanya baru lembaga-lembaga
non formal yang disebut “Ma’ahid”. Baru pada masa pemerintahan Harun Al-Rasyid
didirikan lembaga pendidikan formal seperti “ Darul Hikmah” yang kemudian dilanjutkan dan disempurnakan oleh
Al-Makmun. Dari lembaga inilah banyak melahirkan para sarjana dan para ahli
ilmu pengetahuan yang membawa kejayaan
Daulah Abbasiyah.[5]
Diantara ilmu pegetahuan yang berkembang pesat pada masa itu
ialah:[6]
·
filsafat
Setelah kitab-kitab filsafat Yunani
diterjemahkan kedalam bahasa arab pada masa khalifah Harun ar-Rasyid dan
al-Makmun, kaum muslimin sibuk mempelajari ilmu filsafat, bahkan menafsirkan
dan mengadakan perubahan serta perbaikan sesuai dengan ajaran Islam. Diantara
para filosup terkenal pada waktu ibu Nashr al-Faraby, Ibnu Sina, Ibnu Bajah,
Ibnu Thufail, Al-Ghazali dan Ibn Rusyd.
·
Ilmu
kedokteran
Daulah Abbasiyah telah melahirkan
banyak dokter kenamaan. Begitu juga rumah sakit besar dan sekolah tinggi
kedokteran banyak sekali didirikan. Diantaranya sekolah tinggi kedokteran
Jundhishapur, sekolah tinggi kedokteran di Harran, Syiria, dan sekolah Tinggi
Kedokteran di Bagdad. Diantara dokter yang terkenal ialah: Abu Zakariyah Yuhana
ibn Masiwaih, Sabur ibn sahal, Abu zakaria al-Razy dan Ibn Sina.
·
Matematika
Diantara ahli matematika Islam terkenal
adalah Al-Khawarizmi. Ia pegarang kitab al-jabar, ahli dalam bidang matematika
yang menemukan angka (0).
·
Farmasi
dan Kimia
Diantara ahli Farmasi dan Kimia pada
pemerintahan dinasti Abbasiyah adalah Ibnu Baithar. karyanya yang terkenal
adalah al-Mugni (memuat tentang obat-obatan), jami’ al Mufradat al-adawiyah wa
Aghziyah(berisi tentang obat-obatan dan makanan atau gizi).
·
ilmu
perbintangan
Diantara para Ahli ilmu bintang yang
terkenal ialah Abu Mansur al-Falaky, jabir al-batany, Rayhan al-Bairuny.
·
Ilmu
Tafsir
Tafsir pada zaman ini terdiri dari
tafir bi al-Ma’tsur dan tafsir bi al-Ra’yi. Diantara para ahli tafsir bi
al-Ma’tsur adalah: Ibn Jarir al-Thabari, Ibn ‘Athiyah al-Andalusy, Al-sudai dan
Muqati ibn Sulaiman. Adapun para ahli tafsir bi al-Ra’yi adalah abu Bakar Asam,
Abu Muslim Muhammad ibn Baha Isfahani, Ibn Jaru al-asadi dan Abu Yunus
Abdusalam.
·
Ilmu
Hadist
Para ahli-ahli hadist ternama adalah
Imam Bukhari, Imam Muslim, ibn Maja,Abu Daud dan Al-Nasai.
·
Ilmu
Kalam
Perdebatan para ahli mengenai soal
dosa, pahala, surga dan neraka serta
pembicaraan mereka mengenai ketuhanan atau tauhid, menghasilkan suatu
ilmu yang disebut Ilmu Kalam.
·
Ilmu
Bahasa
Diantara para ahli ilmu bahasa yang
mempunyai peran besar dalam pengembangan ilmu bahasa adalah Sibawaih, Al-Kisai
dan abu Zakaria al-Farra.
·
Ilmu
Pasti (Riyadhiyat)
Diantara para sarjana ilmu pasti islam yang terkenal pada
masa pemerintahan Daulah Abbasiyah ialah: Tsabit bin Qurrah al-Hirany (211-288
H), Abdul Wafa Muhammad bin Muhammad bin Ismail bin Abbas, Sinan Ali Muhammad
bin Hasan.
·
Ilmu
Sejarah
Diantara para sejarawan terkenal pada masa itu ialah: Abu
Ismail Al-Azdy, Al-Waqidy, Ibnu Sa’ad, Ibnu Hisyam.
·
Ilmu
Geografi
Diantara para pengarang ilmu Geografi pada masa pemerintahan
Daulah Abbasiyah ialah: Ibnu Khardazabah, Ibnul Haik, Ibnu Fadlan.
·
Ilmu
Sastra
Diantara
para penyair yang terkenal pada masa pemerintahan Daulah Abbasiyahialah: Abu
Nuwas, Abul Atiyah, Abu Tamam, Al-Mutannabby, dan Ibnu Hani.
D. Faktor-Faktor
yang Menyebabkan Kemunduran Dinasti Abbasiyah
Menurut W. Montgomery Watt,[7]
bahwa beberapa faktor yang menyebabkan kemunduran pada masa Daulah Bani
Abbasiyah adalah sebagai berikut:
1. Luasnya wilayah kekuasaan daulah
abbasiyah, sementara komunikasi pusat dengan daerah sulit dilakukan. Bersamaan
dengan itu, tingkat saling percaya dikalangan para penguasa dan pelaksana
pemerintahan sangat rendah.
2. Dengan proesionalisasi angkatan
bersenjata, ketergantungan khalifah keada mereka sangat tinggi.
3. Keuangan negara sangat sulit karena
biaya yang dikeluarkan untuk tentara bayaran sangat besar. Pada saat kekuatan
militer menurun, khalifah tidak sanggup memaksa pengiriman pajak ke Baghdad.
Sedangkan menurut Dr. Badri Yatim,M.A.,[8]
diantara yang menyebabkan kemunduran daulah Abbasiyah adalah sebagai berikut:
1. Persaingan antar bangsa
2. Kemerosotan ekonomi
3. Konflik Keagamaan
4. Perang Salib
5. Serangan Bangsa Mongol
E. Akhir
Kekuasaan Dinasti Abbasiyah
Akhir kekuasaan Dinasti Abbasiyah ialah ketika Baghdad
dihancurkan oleh pasukan Mongol yang ipimpin oleh Hulagu Khan, 656 H-1258 M. Baghdad
dibumihanguskan dan diratakan dengan tanah. Khalifah Bani Abbasiyah yang
terakhirdengan keluarganya, Al-Mu’tashim Billah dibunuh, buku-buku yang
terkumpul di Baitul Hikmah dibakar dan dibuang ke Sungai Tigris sehingga
berubalah warna air sungai tersebut yang jernih bersih menjadi hitam kelam
karena lunturan tinta yang ada pada buku-buku itu.
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan:
Dinasti Abbasiyah didirikan pada tahun 132 H/750 M, oleh Al
Abbas Ash-Shaffah, dan sekaligus sebagai khalifah utama. kekuasaan Dinasti
Abbasiyah berlangsung selama 5 abad yaitu dari tahun 132-656 H (750 M-1258 M). Para tokoh pendiri dinasti Abbasiyah adalah: Muhammad
bin Ali, Ibrahim bin Muhammad bin Ali, abul Abbas Al-Shafah, Abu Jafar
Al-Mansur, dan abu Muslim Al-Khurasani.
Kemajuan-kemajuan
yang dicapai pada masa Daulah Abbasiyah:
·
Kemajuan dalam bidang politik dan pemerintahan
itu ialah dilaksanakannya beberapa kebijaksanaan seperti kebijaksanaan politik
terhadap Bani Umayyah, kebijaksanaan terhadap orang-orang Persia, dan
kebijaksanaan terhadap politik pemerintahan.
·
Kemajuan dalam bidang sosial ekonomi ialah
selalu berusaha menghapuskan system perbudakan, di bidang ekonomi pada masa ini
kas Negara selalu penuh, uang masuk lebih banyak dari pada uang yang keluar.
·
Kemajuan di bidang Ilmu pengetahuan ialah
banyaknya Ilmu-ilmu yang berkembang sangat pesat dan banyak melahirkan para
ahli di masing-masing bidang ilmu.
Hal-hal
yang menyebabkan kemunduran Daulah Abbasiyah, yaitu:
·
Luasnya
wilayah kekuasaan daulah abbasiyah, sementara komunikasi pusat dengan daerah
sulit dilakukan.
·
Dengan
proesionalisasi angkatan bersenjata, ketergantungan khalifah keada mereka
sangat tinggi.
·
Persaingan antar bangsa
·
Kemerosotan ekonomi
·
Konflik keagamaan
·
Perang salib
·
Serangan bangsa mongol
DAFTAR
PUSTAKA
Amin, Samsul
Munir. 2009. Sejarah Peradaban Islam.
Jakarta: Amzah.
Murodi.
1994. Sejarah Kebudayaan Islam Madrasah
Aliyah Kelas Tiga.
Semarang: PT Karya Toha Putra.
Murodi.
1994. Sejarah Kebudayaan Islam Madrasah
Tsanawiyah Kelas Dua.
Semarang:
PT Karya toha Putra.
Watt, W. Montgomery. 1990. Kejayaan
Islam: kajian Kritis dan tokoh Orientalsi Cetakan Pertama.
Jakarta: Tiara Wacana.
[1] Murodi, Sejarah Kebudayaan Islam
Madrasah Tsanawiyah Kelas 2, (Semarang: PT Karya Toha Putra,1994), hal. 44.
[2] Samsul Munir Amin, Sejarah Peradaban Islam, (Jakarta:
Amzah, 2009), hal. 141.
[3] Ibid., hal. 143-144.
[4] Murodi, Op. Cit., hal.52-57.
[5] Ibid., hal. 63-71.
[6] Murodi, Sejarah kebudayaan Islam Madrasah Aliyah Kelas tiga, (Semarang: PT
Karya Toha Putra, 1994), hal.60-63.
[7] W. Montgomery Watt, Kejayaan Islam: Kajian Kritis dan Tokoh
Orientalis, (Jakarta: Tiara Wacana, 1990),
cetakan pertama, hal. 165-166.
[8] Badri Yatim, Sejarah Peradaban Islam, hal. 80-85.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
kata-kata yang baik, mencerminkan pribadi seseorang.