Rabu, 20 Maret 2013

Islam Pada Masa Bani Abbasiyah


PERKEMBANGAN ISLAM PADA MASA BANI ABBASIYAH

A. Sejarah Berdirinya Dinasti Abbasiyah
Dinasti Abbasiyah didirikan pada tahun 132 H/750 M, oleh Al Abbas Ash-Shaffah, dan sekaligus sebagai khalifah utama. kekuasaan Dinasti Abbasiyah berlangsung selama 5 abad yaitu dari tahun 132-656 H (750 M-1258 M). Berdirinya pemerintahan ini dianggaap sebagai kemenangan pemikiran yang dikumandangkan oleh Bani Hasyim (Alawiyun) setelah meninggalnya Rasullullah dan anak-anaknya.
Diantara para tokoh pendiri dinasti Abbasiyah : Muhammad bin Ali, Ibrahim bin Muhammad bin Ali, abul Abbas Al-Shafah, Abu Jafar Al-Mansur, dan abu Muslim Al-Khurasani.[1]
Sebelum berdirinya Dinasti Abbasiyah terdapat tiga poros utama yang merupakan pusat kegiatan, antara yang satu dengan yang lain memiliki kedudukan tersendiri dalam memainkan perannya untuk menegakkan kekuasaan keluarga besar paman Rasulullah, Abbas bin Abdul Muthalib. Dari nama Al-Abbas paman Rasullullah inilah nama ini disandarkan  pada tiga tempat pusat kegiatan  yaitu Humaimah, Kufah, dan Khurasan.
Dikota Humaimah bermukim keluarga Abbasiyah, salah seorang pimpinannya bernama Al-Imam Muhammad bin Ali yang merupakan peletak dasar-dasar bagi berdirinya Dinasti Abbasiyah. Ia menyiapkan strategi perjuangan menegakkan kekuasaan atas nama keluarga Rasulullah. Para penerang dakwah Abbasiyah berjumlah 150 orang di bawah pimpinannya yang berjumlah 12 orang dan puncak pimpinannya adalah Muhammad bin Ali.
Propaganda Abbasiyah dilaksanakan dengan strategi yang cukup matang sebagai gerakan rahasia. Akan tetapi Imam Ibrahim pemimpin Abbasiyah yang berkeinginan mendirikan kekuasaan Abbasiyah, gerakannya diketahui oleh khalifah Umayyah terakhir, Marwan bin muhammad. Ibrahim akhirnya tertangkap oleh pasukan Dinasti Umayyah dan dipenjarakan di Haran sebelum akhirnya di Eksekusi. Ia mewasiatkan kepada adiknya Abdul Abbas untuk menggantikan kedudukannya ketika tahu bahwa ia akan terbunuh, dan memerintahkan untuk ke Kufah. Sedangkan pemimpin propaganda dibebankan kepada Abu Salamah. Segeralah Abul Abbas pindah dari Humaimah ke Kufah diiringi oleh para pembesar Abbasiyah yang lain seperti Abu Ja’far, Isa bin Musa, dan Abdullah bin Ali.
Penguasa Umayyah di Kufah, Yazid bin Umar bin Hubairah, ditaklukkan oleh Abbasiyah dan diusir ke Wasit. Abu Salamah selanjutnya berkemah di Kufah yang telah ditaklukkan pada tahun 132 H. Abdullah bin Ali, salah seorang paman Abdul Abbas diperintahkan untuk mengejar khalifah Umayyah terakhir, Marwan bin Muhammad bersama pasukannya yang melarikan diri, dimana akhirnya dapat dipukul di dataran rendah sungai Zab. Pengejaran dilanjutkan ke Mausul, Harran dan menyeberangi sungai Eufrat sampai ke Damaskus. Khalifah itu melarikan diri hingga ke Fustat di Mesir, dan akhirnya terbunuh di Busir, wilayah Al-Fayyum, tahun 132 H/750 M di bawah pimpinan Salih bin Ali, seorang paman Al-Abbas yang lain. Dengan demikian, maka tumbanglah kekuasaan Dinasti Umayyah, dan berdirilah Dinasti Abbasiyah yang dipimpin oleh khalifah pertamanya, yaitu Abul Abbas Ash-Shaffah dengan pusat kekuasaan awalnya di Kuffah.  
Pemerintahan Abu Abbas Ash-Shaffah
Seluruh anggota keluarga Abbas  dan pimpinan umat Islam menyatakan setia kepada Abul Abbas Ash-Shaffah sebagai khalifah mereka . Ash-Shaffah sebagai khalifah mereka. Ash-Shaffah kemudian pindah ke Ambar, sebelah barat sungai Eufrat dekat Bagdad. Ia menggunakan sebagian besar dari masa pemeritahannya untuk memerangi para pemimpin Arab yang kedapatan membantu Bani Umayyah. Kekhalifahan Ash-Shaffah hanya bertahan selama 4 tahun, sembilan bulan. Ia wafat pada tahun 136 H di Abar.
Masa pemerintahan Bani Abbasiyah dibagi dalam empat periode berikut:[2]
1.    Masa abbasiyah I, yaitu semenjak lahirnya daulah Abbasiyah tahun 132 H (750 M) sampai meninngalnya khalifah Al-Watsiq 232 H (874 M).
2.    Masa Abbasiyah II, yaitu mulai Khalifah Al-Mutawakil pada taahun 232 H (847 M) sampai berdirinya daulah Buwaihiyah di Bagdad pada tahun 334 H (946 M).
3.    Masa Abbasiyah III, yaitu dari berdirinya daulah Buwaihiyah tahun 334 H (946 M) sampai masuknya kaum Saljuk ke Bagdad tahun 447 H (1055 M).
4.    Masa Abbasiyah IV, yaitu masuknya orang-orang Saljuk ke Bagdad tahun 447 H (1055 M) sampai jatuhnya Baghdad ke tangan Mongol di bawah pimpinan Hulagu khan padatahun 656 H ( 1258 M).




B.  Para Khalifah Dinasti Abbasiyah
Sebelum Abul Abbas Ash-Shaffah meninggal, ia sudah mewasiatkan siapa yang akan menggantikannya, yakni saudaranya, Abu ja’far, kemudian Isa bin Musa, keponakannya. Para khalifah Bani Abbasiyah berjumlah 37 khalifah, mereka adalah:[3]
1.    Abul Abbas Ash-Shaffah. (pendiri)                            749-754 M
2.    Abu Ja’far Al-Manshur                                             754-775 M
3.    Abu Abdullah Al-Mahdi                                            775-785 M
4.    Abu Muhammad Musa Al-Hadi                                 785-786 M
5.    Abu Ja’far Harun Ar-Rasyid                                      786-809 M
6.    Abu Musa Muhmmad Al-amin                                   809-813 M
7.    Abu Ja’far Abdullah Al-Ma’mun                               813-833 M
8.    Abu Ishak Muhammad Al-Mu’tashim                         833- 842 M
9.    Abu Ja’far Harun Al-Watsiq                                     842-847 M
10.  Abu Fadl Ja’far Al-Mutawakil                                  847-861 M
11.  Abu Ja’far Muhammad Al-Muntashir                       861-862 M
12.  Abul Abbas Ahmad Al-Musta’in                                862-866 M
13.  Abu Abdullah Muhammad Al-Mu’taz                        866-869 M
14.  Abu Ishaq Muhammad Al-Muhtadi                           869-870 M
15.  Abul Abbas Ahmad Al-Mu’tamid                     870-892 M
16.  Abul Abbas Ahmad Al-Mu’tadid                               892-902 M
17. Abul Muhammad Ali Al-Muktafi                               902-905 M
18. Abul fadl Ja’far Al-Muqtadir                                    905-932 M
19.  abu Mansur Muhammad Al-Qahir                    932-934 M
20. Abul Abbas Ahmad Ar-Radi                                      934-940 M
21.  Abu Ishaq Ibrahim Al-Muttaqi                                  940-944 M
22. Abdul Qasim abdullah Al-Mustaqfi                           944-946 M
23.  Abul Qasim Al-Fadl Al-Mu’ti                                      946-974 M
24. Abul Fadl Abdul Karim At-Thai                                 974-991 M
25. Abul Abbas Ahmad Al-Qadir                                     991-1031 M
26. Abu Ja’far Abdullah Al-Qaim                                    1031-1075 M
27. Abul Qasim Abdullah Al-Muqtadi                    1075-1094 M
28. Abul Abbas Ahmad Al- Mustadzir                            1094-1118 M
29. Abu Manshur Al-Fadl Al-Mustarsyid                         1118-1135 M
30. Abu Ja’far Al-Mansur Ar-Rasyid                               1135-1136 M
31.  Abu Abdullah Muhammad Al-Muqtafi                      1136-1160 M
32.  Abul Mudzafar Al- Mustanjid                                   1160-1170 M
33.  Abu Muhammad Al-Hasan Al-Mustadi                      1170-1180 M
34.  Abu Al-Abbas Ahmad An-Nasir                                1180-1225 M
35.  Abu Nasr Muhammad Az-Zahir                                1225-1226 M
36.  Abu ja’far Al-Mansur Al-Mustansir                           1226-1242 M
37. Abu Ahmad Abdullah Al-Mu’tashim Billah                1242-1258 M
Khalifah Bani Abbas yang Menonjol adalah:[4]
1.    Abu Ja’far Al-Mansur
Abu Jafar Al-mansur sangat besar jasanya dalam mengembangkan kebudayaan dan peradaban islam. ia adalah orang yang cinta ilmu pengetahuan. Buku-buku yang dihasilkan oleh bangsa romawi dikumpulkan dan diterjemahkan ke dalam bahasa arab. Ilmu falak dan Filsafat mulai digali dan dikembangkan pada waktu itu.
langkah-langkah yang dilakukan oleh khalifah Abu Ja’far Al-Mansur untuk memajukan Daulah Abbasiyah antara lain ialah: Penertipan pemerintahan, pembinaan keamanan dan stabilitas dalam negeri, pembinaan politik luar negeri.
2.    Harun Al-Rasyid
Harun Al-Rasyid adalah seorang yang taat beragama, saleh dan dermawan. Masa pemerintahannya adalah masa keemasan Daulah Abbasiyah. Keagungan sejati Harun Al-Rasyid terletak pada sikap politik damainya yang selalu terlihat. Harun Al-Rasyid mendirikan masjid, perguruan tinggi, sekolah, rumah sakit, dan sebagainya. Semua itu bertujuan untuk mensejahterakan rakyatnya.
3.    Abdullah Al-Makmun
Al-Makmun terkenal sebagai seorang Administator yang termasyur karena kebijaksanaan dan kesabarannya. Ia membentuk badan negara yang anggotanya terdiri dari wakil semua kalangan masyarakat. tidak ada perbedaan kelas atau agama, pelayanan masyarakat terbuka untuk siapa saja. Para wakil rakyat mendapat kebebasan penuh dalam mengemukakan pendapat dan bebas berdiskusi didepan khalifah. Al-Makmun terkenal seorang khalifah yang bijaksana dan pemaaf.

C. Kemajuan Pada Masa Daulah Abbasiyah
a)    Kemajuan dalam bidang politik dan pemerintahan
Seperti diketahui bahwa lahirnya Daulah Abbasiyah pada proses awalnya diwarnai dengan pergulatan politik, pergumulan sosial, dan pergulatan agama. Hal ini jelas akan berakibat tidak stabilnya pemerintahan pada masa awal suatu pemerintahan. Untuk mempertahankan diri dari berbagai kemungkinan adanya gangguan, timbulnya pemberontakan-pemberontakan maka, para khalifah daulah Abbasiyah mengambil tiga kebijakan poltik dalam negerinya, yaitu:
1.    Kebijaksanaan Politik Terhadap Bani Umayah
Supaya tidak terjadi gerakan pemberontakan dari keluarga bani Umayah yang bermaksud mengambil kembali kekuasan dari pemerintahan Daulah Abbasiyah, maka para khalifah Abbasiyah mengambil suatu tindakan terhadap para pendukung dan kelurga Bani Umayah yang masih tersisa.
2.    Kebijaksanaan Terhadap Orang-orang Persia
Dalam rangka mempertahankan kekuatan politik pemerintahan Daulah Abbbasiyah, disamping melakukan kebijaksananan politik terhadap kelompok dan pendukung Bani Umayah kelompok Mawaly juga diberikan kesempatan dalam berbagai bidang pemerintahan. kebijksanaan ini akhirnya menimbulkan kecemburuan di kalangan masyarakat Arab.
3.    Kebijaksanaan Politik Pemerintahan
Perkembangan politik pemerintahan pada masa kekuasaan Daulah Abbasiah, adalah kemajuan yang dicapai melalui pembentukan beberapa lembaga pemerintahan yang baru, antara lain yaitu:
·         Pengangkatan wazir (menteri) sebagai pembantu utama khalifah dalam melancarkan roda pemerintahan
·         Pembentukan Diwanul Kitabah (semacam Sekretariat Negara) yang ipimpin oleh Raisul Kitabah (Sekretaris Negara).
·         Pembentukan beberapa Departemen sebagai pembantu Wazir
·         Pengangkatan Amir dan Syekhul Qura
·         Pembentukan Angkatan bersenjata
·         Pembentukan Makamah agung

b)    Kemajuan Dalam Bidang Sosial Ekonomi

1.    Perkembangan Sosial
Kehidupan sosial pada masa pemerintahan Daulah Abbasiyah merupakan kelanjutan dari zaman pemerintahan Daulah Umayah.
Menurut Geroge zaidan, bahwa masyarakat yang ada pada masa pemerintahan Daulah Abbasiyah terbagi ke dalam dua kelas, yaitu kelas umum dan kelas khusus. Kelas umum terdiri dari: Khalifah, Keluarga Khalifah, para pembesar Negara, Para bangsawan, para petugas khusus seperti anggota tentara, pembantu-pembantu istana. Sedangkan, kelas khusus terdiri dari: para seniman, para ulama,para pengusaha, para tukang, dan petani.
2.    Perkembangan Ekonomi
Pada masa awal pemerintahan Daulah Abbasiyah, perbendaharaan negara mengalami  kemajuan yang sangat hebat. Kas negara selalu penuh, uang masuk lebih banyak dari pada uang yang keluar.
Pada masa pemerintahan Daulah Abbasiyah, sistem perekonomian negara dibangun dengan menggunakan sistem ekonomi pertanian, perindustrian, dan perdagangan.

c)    Kemajuan Dalam Bidang Ilmu Pengetahuan dan Kebudayaan

1.    Kemajuan Dalam Bidang Ilmu Pengetahuan
Masa pemerintahan Daulah Abbasiyah merupakan masa kejayaan Islam dalam berbagai bidang khususnya bidang Ilmu pengetahuan dan kebudayaan.
Pada zaman pemerintahan Daulah Abbasiyah, proses pengalihan ilmu pengetahuan dilakukan dengan cara penerjemahan berbagai buku karangan bangsa-bangsa terdahulu. Pada masa itu pusat-pusat kajian ilmiah bertempat di masjid-masjid.
Pada permulaan Daulah Abbasiyah, belum terdapat pusat-pusat pendidikan formal, seperti sekolah-sekolah, yang ada hanya baru lembaga-lembaga non formal yang disebut “Ma’ahid”. Baru pada masa pemerintahan Harun Al-Rasyid didirikan lembaga pendidikan formal seperti “ Darul Hikmah” yang  kemudian dilanjutkan dan disempurnakan oleh Al-Makmun. Dari lembaga inilah banyak melahirkan para sarjana dan para ahli ilmu pengetahuan  yang membawa kejayaan Daulah Abbasiyah.[5]
Diantara ilmu pegetahuan yang berkembang pesat pada masa itu ialah:[6]
·         filsafat
Setelah kitab-kitab filsafat Yunani diterjemahkan kedalam bahasa arab pada masa khalifah Harun ar-Rasyid dan al-Makmun, kaum muslimin sibuk mempelajari ilmu filsafat, bahkan menafsirkan dan mengadakan perubahan serta perbaikan sesuai dengan ajaran Islam. Diantara para filosup terkenal pada waktu ibu Nashr al-Faraby, Ibnu Sina, Ibnu Bajah, Ibnu Thufail, Al-Ghazali dan Ibn Rusyd.
·         Ilmu kedokteran
Daulah Abbasiyah telah melahirkan banyak dokter kenamaan. Begitu juga rumah sakit besar dan sekolah tinggi kedokteran banyak sekali didirikan. Diantaranya sekolah tinggi kedokteran Jundhishapur, sekolah tinggi kedokteran di Harran, Syiria, dan sekolah Tinggi Kedokteran di Bagdad. Diantara dokter yang terkenal ialah: Abu Zakariyah Yuhana ibn Masiwaih, Sabur ibn sahal, Abu zakaria al-Razy dan Ibn Sina.
·         Matematika
Diantara ahli matematika Islam terkenal adalah Al-Khawarizmi. Ia pegarang kitab al-jabar, ahli dalam bidang matematika yang menemukan angka (0).

·         Farmasi dan Kimia
Diantara ahli Farmasi dan Kimia pada pemerintahan dinasti Abbasiyah adalah Ibnu Baithar. karyanya yang terkenal adalah al-Mugni (memuat tentang obat-obatan), jami’ al Mufradat al-adawiyah wa Aghziyah(berisi tentang obat-obatan dan makanan atau gizi).


·         ilmu perbintangan
Diantara para Ahli ilmu bintang yang terkenal ialah Abu Mansur al-Falaky, jabir al-batany, Rayhan al-Bairuny.         
·         Ilmu Tafsir
Tafsir pada zaman ini terdiri dari tafir bi al-Ma’tsur dan tafsir bi al-Ra’yi. Diantara para ahli tafsir bi al-Ma’tsur adalah: Ibn Jarir al-Thabari, Ibn ‘Athiyah al-Andalusy, Al-sudai dan Muqati ibn Sulaiman. Adapun para ahli tafsir bi al-Ra’yi adalah abu Bakar Asam, Abu Muslim Muhammad ibn Baha Isfahani, Ibn Jaru al-asadi dan Abu Yunus Abdusalam.
·         Ilmu Hadist
Para ahli-ahli hadist ternama adalah Imam Bukhari, Imam Muslim, ibn Maja,Abu Daud dan Al-Nasai.
·         Ilmu Kalam
Perdebatan para ahli mengenai soal dosa, pahala, surga dan neraka serta  pembicaraan mereka mengenai ketuhanan atau tauhid, menghasilkan suatu ilmu yang disebut Ilmu Kalam.
·         Ilmu Bahasa
Diantara para ahli ilmu bahasa yang mempunyai peran besar dalam pengembangan ilmu bahasa adalah Sibawaih, Al-Kisai dan abu Zakaria al-Farra.
·         Ilmu Pasti (Riyadhiyat)
Diantara para sarjana ilmu pasti islam yang terkenal pada masa pemerintahan Daulah Abbasiyah ialah: Tsabit bin Qurrah al-Hirany (211-288 H), Abdul Wafa Muhammad bin Muhammad bin Ismail bin Abbas, Sinan Ali Muhammad bin Hasan.

·         Ilmu Sejarah
Diantara para sejarawan terkenal pada masa itu ialah: Abu Ismail Al-Azdy, Al-Waqidy, Ibnu Sa’ad, Ibnu Hisyam.
·         Ilmu Geografi
Diantara para pengarang ilmu Geografi pada masa pemerintahan Daulah Abbasiyah ialah: Ibnu Khardazabah, Ibnul Haik, Ibnu Fadlan.

·         Ilmu Sastra
Diantara para penyair yang terkenal pada masa pemerintahan Daulah Abbasiyahialah: Abu Nuwas, Abul Atiyah, Abu Tamam, Al-Mutannabby, dan Ibnu Hani.


D. Faktor-Faktor yang Menyebabkan Kemunduran Dinasti Abbasiyah
Menurut W. Montgomery Watt,[7] bahwa beberapa faktor yang menyebabkan kemunduran pada masa Daulah Bani Abbasiyah adalah sebagai berikut:
1.    Luasnya wilayah kekuasaan daulah abbasiyah, sementara komunikasi pusat dengan daerah sulit dilakukan. Bersamaan dengan itu, tingkat saling percaya dikalangan para penguasa dan pelaksana pemerintahan sangat rendah.
2.    Dengan proesionalisasi angkatan bersenjata, ketergantungan khalifah keada mereka sangat tinggi.
3.    Keuangan negara sangat sulit karena biaya yang dikeluarkan untuk tentara bayaran sangat besar. Pada saat kekuatan militer menurun, khalifah tidak sanggup memaksa pengiriman pajak ke Baghdad.
Sedangkan menurut Dr. Badri Yatim,M.A.,[8] diantara yang menyebabkan kemunduran daulah Abbasiyah adalah sebagai berikut:
1.    Persaingan antar bangsa
2.    Kemerosotan ekonomi
3.    Konflik Keagamaan
4.    Perang Salib
5.    Serangan Bangsa Mongol


E.  Akhir Kekuasaan Dinasti Abbasiyah
Akhir kekuasaan Dinasti Abbasiyah ialah ketika Baghdad dihancurkan oleh pasukan Mongol yang ipimpin oleh Hulagu Khan, 656 H-1258 M. Baghdad dibumihanguskan dan diratakan dengan tanah. Khalifah Bani Abbasiyah yang terakhirdengan keluarganya, Al-Mu’tashim Billah dibunuh, buku-buku yang terkumpul di Baitul Hikmah dibakar dan dibuang ke Sungai Tigris sehingga berubalah warna air sungai tersebut yang jernih bersih menjadi hitam kelam karena lunturan tinta yang ada pada buku-buku itu.


                                                               BAB III
                                                       PENUTUP
Kesimpulan:
Dinasti Abbasiyah didirikan pada tahun 132 H/750 M, oleh Al Abbas Ash-Shaffah, dan sekaligus sebagai khalifah utama. kekuasaan Dinasti Abbasiyah berlangsung selama 5 abad yaitu dari tahun 132-656 H (750 M-1258 M). Para tokoh pendiri dinasti Abbasiyah adalah: Muhammad bin Ali, Ibrahim bin Muhammad bin Ali, abul Abbas Al-Shafah, Abu Jafar Al-Mansur, dan abu Muslim Al-Khurasani.
Kemajuan-kemajuan yang dicapai pada masa Daulah Abbasiyah:
·         Kemajuan dalam bidang politik dan pemerintahan itu ialah dilaksanakannya beberapa kebijaksanaan seperti kebijaksanaan politik terhadap Bani Umayyah, kebijaksanaan terhadap orang-orang Persia, dan kebijaksanaan terhadap politik pemerintahan.
·         Kemajuan dalam bidang sosial ekonomi ialah selalu berusaha menghapuskan system perbudakan, di bidang ekonomi pada masa ini kas Negara selalu penuh, uang masuk lebih banyak dari pada uang yang keluar.
·         Kemajuan di bidang Ilmu pengetahuan ialah banyaknya Ilmu-ilmu yang berkembang sangat pesat dan banyak melahirkan para ahli di masing-masing bidang ilmu.
       Hal-hal yang menyebabkan kemunduran Daulah Abbasiyah, yaitu:
·         Luasnya wilayah kekuasaan daulah abbasiyah, sementara komunikasi pusat dengan daerah sulit dilakukan.
·         Dengan proesionalisasi angkatan bersenjata, ketergantungan khalifah keada mereka sangat tinggi.
·         Persaingan antar bangsa
·         Kemerosotan ekonomi
·         Konflik keagamaan
·         Perang salib
·         Serangan bangsa mongol




                                   
                                                      DAFTAR PUSTAKA

Amin, Samsul Munir. 2009. Sejarah Peradaban Islam. Jakarta: Amzah.
Murodi. 1994. Sejarah Kebudayaan Islam Madrasah Aliyah Kelas Tiga.
Semarang: PT Karya Toha Putra.
Murodi. 1994. Sejarah Kebudayaan Islam Madrasah Tsanawiyah Kelas Dua.
Semarang: PT Karya toha Putra.
Watt, W. Montgomery. 1990. Kejayaan Islam: kajian Kritis dan tokoh Orientalsi Cetakan Pertama.
Jakarta: Tiara Wacana.



[1]  Murodi,  Sejarah Kebudayaan Islam Madrasah Tsanawiyah Kelas 2, (Semarang: PT Karya Toha Putra,1994), hal. 44.
[2]  Samsul Munir Amin, Sejarah Peradaban Islam, (Jakarta: Amzah, 2009), hal. 141.
[3]  Ibid., hal. 143-144.
[4]  Murodi, Op. Cit., hal.52-57.
[5]  Ibid., hal. 63-71.
[6]  Murodi, Sejarah kebudayaan Islam Madrasah Aliyah Kelas tiga, (Semarang: PT Karya Toha Putra, 1994), hal.60-63.
[7]  W. Montgomery Watt, Kejayaan Islam: Kajian Kritis dan Tokoh Orientalis, (Jakarta: Tiara Wacana, 1990),  cetakan pertama, hal. 165-166.
[8]  Badri Yatim, Sejarah Peradaban Islam, hal. 80-85.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

kata-kata yang baik, mencerminkan pribadi seseorang.