Metode
Pembelajaran Problem Solving
dan
Pendekatan-Pendekatan dalam Pembelajan Qur’an Hadits MI
A. Metode Pembelajaran Problem Solving
Metode problem solving
merupakan pengunaan metode dalam ke giatan pembelajaran dengan jalan melatih
siswa menghadapi berbagai masalah baik itu masalah pribadi atau individu maupun
masalah kelompok untuk di pecahkan sendiri atau secara bersama-sama.[1]
Metode pemecahan masalah adalah
cara mengajar yang di lakukan dengan jalan melatih parah murid menghadapi
berbagai masalah untuk memecahkan sendiri atau bersama sama.dengan menghadapkan
para murid dengan berbagai problema,maka mereka berusaha mengerakan segala ke
mampuan yang di miliki terutama
pikirin, kemauan, perasaan serta semangat untuk mencari pemecahan nya sampai pada suatu kesimpulan yang diharapkan.
Metode pemecahan masalah tepat digunakan guru dalam mengajar pendidikan
agama islam,yaitu:
· Bila di maksudkan
untuk melatih
murid agar terbiasa berfikir kritis dan analitis,
· Bila di maksudkan untuk melatih keberanian dan rasa tangung
jawab murid dalam menghadapi masalah- masalah kehidupan kelak di masyarakat, dan
· Bila metode di maksudkan untuk mengetahui penguasaan para murid
terhada sesuatu bahan pelajaran tertentu.[2]
Adapun keunggulan metode
problem solving, yaitu:melatih
siswa untuk mendesain suatu penemuan,
berfikir
dan bertindak kreatif, memecahkan
permasalahan yang dihadapi secara realitis, mengidentifikasi dan melakukan
penyelidikan, menafsirkan dan mengevaluasi hasil pengamatan, merangsang
perkembangan kemajuan berfikar siswa untuk menyelesaikan masalah yang di hadapi
dengan tepat, dan dapat membuat pendidikan sekolah
lebih releven dengan kehidupan.
Sedangakan kebaikan metode problem solving, yang
meliputi: dengan metode ini situasi belajar anak didik menjadi lebih aktif dan
hidup, bersemangat, bermutuh dan berdaya guna, disamping penudasan para murid
terhadap bahan pelejaran lebih mendalam, sekaligus murupakan latihan berfikir
ilmiah dalam menghadapi suatu masalah, menumbuhkan sikap obyektif, percaya pada
diri sendiri, kesungguhan,keberanian serta rasa tangung jawab dalam mengatasi
segala permasalahan hidup nya kelak.[3]
Keunggulan metode problem
solving ini adalah :
a. Melatih peserta didik untuk
mendesain suatu penemuan
b. Berfikir dan bertindak kreatif
c. Memecahkan masalah yang
dihadapi secara realitis
d. Mengidentifikasi dan melakukan
penyelidikan
e. Menafsirkan dan mengevaluasi
hasil pengamatan
f. Merangsang perkembangan dan kemajuan
berfikir peserta didik untuk menyelesaikan masalah yang di hadapi dengan tepat
g. Dapat membuat pendidikan
sekolah lebih relevan dengan kehidupan, khususnya dunia kerja.
Kelemahan metode problem
solving ini adalah :
a. Beberapa pokok bahasan untuk
metode ini sangat sulit di terapkan misalnya terbatasnya alat-alat laboraturium
menyulitkan peserta didik untuk melihat dan mengamati serta akhirnya dapat
menyimpulakan kejadian atau konsep tersebut.
B. Pendekatan-Pendekatan dalam Pembelajaran Qur’an Hadits MI
Dalam mengajar, pendidik harus
pandai menggunakan pendekatan secara arif dan bijaksana. Pandangan guru terhadap anak didik akan
menentukan sikap dan perbuatan. Setiap pendidik tidak selalu memiliki suatu pandangan yang sama dalam hal mendidik anak didik. Hal ini akan mempengaruhi pendekatan yang pendidik ambil
dalam pengajaran.
Pendidik yang
memandang anak
didik sebagai pribadi yang berbeda
dengan anak
didik lainnya, akan berbeda dengan pendidik yang memandang anak didik sebagai makhluk yang sama dan tidak ada perbedaan
dalam segala hal. Maka adalah penting untuk meluruskan pandangan yang keliru
dalam menilai
anak didik. Untuk itu pendidik perlu menyadari dan memaklumi bahwasanya anak didik
itu merupakan individu dengan segala perbedaannya sehingga diperlukan
beberapa pendekatan
dalam proses belajar mengajar.
Ada
beberapa pendekatan yang
diharapkan dapat membantu pendidik dalam
menyelesaikan berbagai masalah dalam kegiatan belajar mengajar, diantaranya :
1.
Pendekatan Individual
Pada
kasus-kasus tertentu yang timbul dalam kegiatan belajar mengajar dapat
diatasi dengan pendekatan individual. Misalnya
untuk menghentikan anak didik yang suka bicara.
Caranya dengan memisahkan atau memindahkan salah satu dari anak didik tersebut pada tempat yang terpisah dengan jarak yang
cukup jauh. Anak didikyang suka bicara
ditempatkan pada kelompok anak didik yang pendiam.
Persoalankesulitan belajar anak didik lebih mudah dipecahkan dengan menggunakanpendekatan individual, walaupun
suatu saat pendekatan
kelompok diperlukan.
Jadi
pendekatan individual adalah pendekatan yang dilakukan guru dengan memperhatikan perbedaan anak didik pada aspek
individual masing-masing.
2.
Pendekatan Kelompok,
Pendekatan kelompok memang
suatu saat diperlukan dan digunakan untuk membina dan mengembangkan sikap
sosial anak didik. Hal ini disadari bahwa anak didikadalah
sejenis makhluk homo socius yaitu makhluk yang cenderung untuk hidup bersama.
Dengan
penekanan pendekatan kelompok, diharapkan
dapat ditumbuhkembangkan rasa sosial yang tinggi pada diri setiap anak didik. Mereka dibina untuk mengendalikan rasa egois yang
ada pada diri mereka masing-masing, sehingga terbina sikap kesetiakawanan
sosial di kelas. Dan mereka sadar bahwa hidup ini saling ketergantungan, tidak
ada makhluk hidup yang terus menerus berdiri sendiri tanpa keterlibatan makhluk
lain, langsung atau tidak langsung, disadari atau tidak disadari.
Jadi pendekatan kelompok adalah pendekatan yang
dilakukan guru dengan tujuan membina dan mengembangkan sikap sosial
anak didik serta membina sikapkesetiakawanan
sosial. Misalnya anak didik dibiasakan hidup bersama, bekerja sama
dengan kelompok sehingga akan menyadari bahwa dirinya ada kekurangan
dan kelebihan. Yang mempunyai kelebihan dengan ikhlas mau membantu mereka yang
kekurangan. Sebaliknya mereka yang mempunyai kekurangan dengan rela hati mau
belajar dari mereka yang mempunyai kelebihan tanpa rasa minder. Persaingan yang
positif pun terjadi di kelas dalam rangka untuk mencapai prestasi belajar
yang optimal serta anak didik menjadi aktif, kreatif dan mandiri.
3.
Pendekatan
Emosional
Emosi adalah gejala kejiwaan yang ada dalam diri
seseorang. Emosiberhubungan dengan masalah perasaan. Seseorang yang
memiliki perasaan pasti dapat merasakan sesuatu, baik perasaan jasmaniah maupun
perasaan rohaniah. Dan di dalamnya terdapat perasaan intelektual, perasaan
estetis, etis, sosial dan perasaan harga diri.
Perasaan adalah fungsi jiwa untuk dapat mempertimbangkan dan
mengukur sesuatu menurut “rasa senang dan tidak senang, mempunyai sifat senang
dan sedih, kuat dan lemah, lama dan sebentar, relatif dan tidak berdiri sendiri
sebagai pernyataan jiwa.”
Pendekatan emosional di sini dimaksudkan suatu usaha untuk menggugah
perasaan dan emosi siswa dalam
meyakini, memahami dan menghayati ajaran agamanya. Untuk mencapai tujuan pendekatan emosional ini, metode yang perlu dipertimbangkan adalah metode
ceramah, bercerita dan sosiodrama.
Jadi, pendekatan emosional adalah pendidikan yang dilakukan guru terhadap
murid melalui rangsangan verbal maupun non verbal serta
melalui sentuhan-sentuhan emosi (perasaan). Misalnya melalui rangsangan verbal seperti
ceramah, cerita, sindiran, pujian, ejekan, berita, dialog, anjuran, perintah
dan sebagainya. Sedangkan rangsangan nonverbal seperti bentuk perilaku berupa
sikap dan perbuatan.
4.
Pendekatan Kontekstual
Pendekatan
konstekstual berlatar
belakang bahwa siswa belajar lebih bermakna dengan melalui kegiatan mengalami
sendiri dalam lingkungan alamiah, tidak hanya sekedar mengetahui, mengingat,
dan memahami. Pembelajaran tidak hanya berorientasi target penguasaan materi,
yang akan gagal dalam membekali siswa untuk memecahkan masalah dalam
kehidupannya. Dengan demikian proses pembelajaran lebih diutamakan daripada
hasil belajar, sehingga guru dituntut untuk merencanakan strategi pembelajaran
yang variatif dengan prinsip membelajarkan – memberdayakan siswa, bukan
mengajar siswa, guru memilih konteks pembelajaran yang tepat bagi siswa
dengan cara mengaitkan pembelajaran dengan kehidupan nyata dan lingkungan
di mana anak hidup dan berada serta dengan budaya yang berlaku dalam masyarakatnya
(http.//www.contextual.org.id). Pemahaman, penyajian ilmu pengetahuan,
keterampilan, nilai dan sikap yang ada dalam materi dikaitkan dengan apa yang
dipelajari dalam kelas dan dengan kehidupan sehari-hari. Dengan memilih konteks
secara tepat, maka siswa dapat diarahkan kepada pemikiran agar tidak hanya
berkonsentrasi dalam pembelajaran di lingkungan kelas saja, tetapi diajak untuk
mengaitkan aspek-aspek yang benar-benar terjadi dalam kehidupan mereka
sehari-hari, masa depan mereka, dan lingkungan masyarakat luas.
Dalam
kelas kontekstual, tugas guru adalah membantu siswa dalam mencapai tujuannya.
Guru lebih banyak berurusan dengan strategi daripada memberi informasi.Guru
bertugas mengelola kelas sebagai sebuah tim yang bekerja bersama untuk
merumuskan, menemukan sesuatu yang baru bagi kelas yang dapat berupa
pengetahuan, keterampilan dari hasil “menemukan sendiri” dan bukan dari “apa
kata guru.
Penggunaan
pembelajaran kontekstual memiliki potensi tidak hanya untuk mengembangkan
ranah pengetahuan dan keterampilan proses, tetapi juga untuk mengembangkan
sikap, nilai, serta kreativitas siswa dalam memecahkan masalah yang
terkait dengan kehidupan mereka sehari-hari melalui interaksi dengan
sesama teman, misalnya melalui pembelajaran kooperatif, sehingga juga
mengembangkan ketrampilan sosial (social skills), pendekatan
kontekstual melibatkan siswa dalam masalah yang sebenarnya dalam penelitian
dengan menghadapkan anak didik pada bidang penelitian, membantu mereka
mengidentifikasi masalah yang konseptual atau metodologis dalam bidang
penelitian dan mengajak mereka untuk merancang cara dalam mengatasi masalah.
5.
Pendekatan
Konstruktivisme
Kontruktivisme
merupakan landasan berfikir pendekatan kontekstual. Yaitu bahwa pendekatan
dibangun oleh manusia sedikit demi sedikit yang hasilnya diperluas melalui
konteks yang terbatas dan tidak dengan tiba-tiba
Kelebihan
teori konstruktivisme ialah pelajar berpeluang membina pengetahuan secara aktif
melalui proses saling pengaruh antara pembelajaran terdahulu dengan pembelajaran
terbaru. Pembelajaran terdahulu dikaitkan dengan pembelajaran terbaru.
Perkaitan ini dibina sendiri oleh pelajar.
Menurut
teori konstruktivisme, konsep-konsep yang dibina pada struktur kognitif seorang
akan berkembang dan berubah apabila ia mendapat pengetahuan atau pengalaman
baru. Seseorang akan dapat membina konsep dalam struktur kognitifnya dengan
menghubungkan pengetahuan baru dengan pengetahuan yang sedia ada padanya dan
proses ini dikenali sebagai accretion. Selain itu, konsep-konsep yang ada pada
seseorang boleh berubah selaras dengan pengalaman baru yang dialaminya dan ini
dikenali sebagai penalaan atau tuning. Seseorang juga boleh membina
konsep-konsep dalam struktur kognitifnya dengan menggunakan analogi, iaitu
berdasarkan pengetahuan yang ada padanya. Menurut Gagne, Yekovich, dan Yekovich
(1993) konsep baru juga boleh dibina dengan menggabungkan konsep-konsep yang
sedia ada pada seseorang dan ini dikenali sebagai parcing.
Pendekatan
konstruktivisme sangat
penting dalam proses pembelajaran kerana belajar digalakkan membina konsep
sendiri dengan menghubungkaitkan perkara yang dipelajari dengan pengetahuan
yang sedia ada pada mereka. Dalam proses ini, pelajar dapat meningkatkan
pemahaman mereka tentang sesuatu perkara.
6.
Pendekatan Inkuiri
Inkuiri
berarti suatu rangkaian kegiatan belajar yang melibatkan secara maksimal
seluruh kemampuan siswa untuk mencari dan menyelidiki secara sistematis,
kritis, logis, analitis, sehingga mereka dapat merumuskan sendiri
penemuannya dengan penuh percaya diri. Pembelajaran inkuiri beriorientasi pada,
keterlibatan siswa secara maksimal dalam proses kegiatan belajar, keterarahan
kegiatan secara maksimal dalam proses kegiatan belajar, mengembangkan sikap
percaya pada diri siswa tentang apa yang ditemukan dalam proses inkuiri.
Ada
tiga ciri pembelajaran inkuiri, yaitu pertama, Strategi Inquiry menekankan pada aktivitas siswa
secara maksimal untuk mencari dan menemukan (siswa sebagai subjek belajar). Kedua,seluruh aktivitas yang dilakukan siswa diarahkan
untuk mencari dan menemukan jawaban sendiri yang sifatnya sudah pasti dari
sesuatu yang sudah dipertanyakan, sehingga diharapkan dapat menumbuhkan sifat
percaya diri. Ketiga,
tujuan dari penggunaan strategi pembelajaran inquiry adalah mengembangkan
kemampuan berpikir secara sistematis, logis dan kritis.
Menurut
Sanjaya (2009), penggunaan inkuiri harus memperhatikan beberapa prinsip, yaitu
berorientasi pada pengembangan intelektual (pengembangan kemampuan berfikir),
prinsip interaksi (interaksi
antara siswa maupun interaksi siswa dengan guru bahkan antara siswa dengan
lingkungan), prinsip bertanya (guru sebagai penanya), prinsip belajar untuk
berfikir(learning how to think),
prinsip keterbukaan (menyediakan ruang untuk memberikan kesempatan kepada siswa
mengembangkan hipotesis dan secara terbuka membuktikan kebenaran hipotesis yang
diajukan).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
kata-kata yang baik, mencerminkan pribadi seseorang.